Selasa, 10 Januari 2017

artikel teori komunikasi



TEORI KOMUNIKASI
By : Ibrahim Bramantia Putra
Description: D:\ibam\C360_2016-02-05-14-06-30-975-1.jpg
ILMU KOMUNIKASI-FISIP-UNSOED

Berbicaratentangkomunikasi, komunikasimerupakansuatuhal yang amatpentingdalamsuatuhubungan.Hubunganakanberjalanlancarbilakomunikasiantarsesamaberjalandenganbaik. Jikapadawaktulalukitasudahpernahmembahastentangpengertiankomunikasi, tidakjauhberbeda, disinikitaakanmembahastentangteorikomunkasidanmacam-macamnya. Simakulasannyaberikutini.
Sudahkitaketahui, bahwakomunikasiamatlahpenting.Jikakomunikasiterganggumakainformasiataupesan yang sampaiakanbermasalah. Agar kitabisamenyerapataumenyaringdenganbaikapa yang disampaikanolehseseorang, kitaharusmenerapkan yang namanyateorikomunikasi. Teorikomunikasiadalahkomunikator, media, pesan, pemirsadanumpanbalik, dimanakomponentersebutharussalingmelengkapi agar parakomunikandapatmenyerapapa yang disampaikanolehkomunikator. Ada beberapaahli yang menerangkanapaituteorikomunikasi.
PengertianTeoriKomunikasiMenurut Para Ahli

Borman – Teorikomunikasiadalahsatuperkataan / istilah yang merupakan paying untuksemuaperbincangandananalisis yang dibuatsecaraberhati-hati, sistematikdansadar, tentangkomunikasi.



Little John – Teorikomunikasiadalahsatuteoriatausekumpulan “pemikirankolektif” yang didapatidalamkeseluruhanteoriterutamanya yang berkaitan proses komunikasi.

Cragandan Shields – Teorikomunikasimerupakanhubungan di antarakonsepteoretikal yang membantumemberi, secarakeseluruhanataupunsebabagiannya, keterangan, penjelasan, penerangan, penilaianataupunramalantindakanmanusiaberdasarkankomunikator (orang) berkomunikasi (bercakap, menulis, membaca, mendengar, menonton, dansebagainya) untukjangkamasatertentumelalui media.

TeoriBehaviorisme – Salah satuilmuwankomunikasi yang mensupporttoeribehaviorismeadalah Jhon B. Watson (1878-1958), seorangilmuwan di AmerikainidisebutsebagaiBpk. behaveorisme, disebutkanbahwadariteoriinisemuaperilaku, termasuktindakbalasanatau yang dikenaldenganresponitusemuadisebabkandariadanya stimulus (rangsangan), pernyataantsbkitabisamenyimpulkanbahwakalausuaturangsangantelahdiamati&diketahuimakarespondariseseorangtsbakanmudahdanbisadiprediksikan, darisetiapperilakudapatkitapelajarimelaluihubunganrangsangandanjugarespon.

TeoriInformasi – Teoriinformasiinimerupakansebagiandariteorikomunikasi yang klasik, teoriinimerupakanbentukpenjabarandarikarya Claude Shannon dan Warren Weaver (1949, Weaver. 1949), padateoriinidisebutkanbahwakomunikasisebagaitransmisipesan&bagaimana transmitter menggunakansalurandan media dalamberkomunikasi, di dalamteorikomunikasiinformasiinimenitikberatkanpadasaluranatau media yang digunakanoleh transmitter jikasinyaldalam media initidakbaikmaka proses komunikasitersebutakantidaklancarbegitusebaliknya.

Teori Agenda Setting – Teori Teori Agenda Setting hampirsamadenganteoriinformasikarenadalamteoriinisama-samabergantungpada media, teoriinidikenalkanoleh Mc Combs dan DL Shaw (1972). Toeriinimempunyaiargumenbahwa media sangatmemberitekanankepadasuatukejadian, darikejadianitu media mengangkatperistiwatsbdanmempengaruhimasyarakatuntukmenganggapperistiwatersebutpenting.Dapatdisimpulkanjikahalapa yang dianggappentingoleh media, makapentingjugabagimasyaakat.

Teori Uses and Gratifications (kegunaandankepuasan) – Teoriinidikemukakanoleh Herbert BlumerdanElihu Katz (1974).Padateoriinihal yang di utamakanialahpengguna media, pengguna media mempunyaiperan yang aktifdalamteoriini, untukmemilihdanmenggunakan media tersebut.

TeoriDependensiEfekKomunikasi Massa – Teoridependensiefekkomunikasidikembangkanoleh Sandra Ball-Rokeachdan Melvin L. DeFluer (1976), teoriinilebihmenfokuskankepadakondisistrukturalpadasuatumasyarakat, daristrukturalmasyarakatinikecenduranganakanterjadisuatuefek media massa. Teoriinibisadiakusisiolehparakomunitasmasyarakat modern danbagaimanamasyarakat modern mempunyaianggapanbahwa media massamerupakanpusatinformasi yang mempunyaiandilpentingdalam proses memelihara, perubahan, dankonflikdalamtataranmasyarakatdanmasalahperorangandalamsuatuaktivasisocial

makalah antropologi Kesenian Ebeg Banyumasan



Lutfianti Bening Safira            (F1C016013)
Rani Nuraeni Khairunnisa       (F1C016014)
Ibrahim Bramantia Putra                  (F1C016015)

“Perkembangan Ebeg Banyumasan Dikalangan
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Fisip Unsoed 2016”

A.   Latar Belakang Masalah
Kesenian adalah salah satu bagian dari kebudayaan dan merupakan hasil budi daya manusia. Bentuk kesenian yang ada di Indonesia adalah seni musik, seni lukis, seni drama, seni sastra dan seni tari. Perwujudan seni yang ada di masyarakat merupakan cermin dari kepribadian hidup masyarakat. Tinggi rendahnya peradaban suatu bangsa dapat dilihat dari kebudayaan atau kesenian yang dimilikinya, oleh sebab itu kesenian sebagai salah satu bagian dari kebudayaan perlu  dilestarikan dan dikembangkan.
Banyumas sebagai salah satu bagian wilayah propinsi Jawa Tengah, memiliki berbagai macam budaya, adat istiadat, dialek, makanan tradisional dan kesenian yang menarik, hal tersebut dikarenakan letak geografis Banyumas yang berada pada perbatasan dua etnis yang berbeda yaitu masyarakat Jawa Barat dengan etnik Sunda. Kesenian khas Banyumas tersebar di seluruh daerah-daerah sekitar Banyumas seperti di Purwokerto, Cilacap, Banjarnegara, Purbalingga, Gombong, Wonosobo, Kebumen, Purworejo, Kulon progo, dan Magelang. Kesenian-kesenian tersebut pada umumnya merupakan seni pertunjukan rakyat yang memiliki fungsi- fungsi tertentu berkaitan dengan kehidupan masyarakat pemiliknya. Kesenian yang berasal dari di daerah Banyumas antara lain,  Aplang, Buncis, Sintren, Angguk, Ebeg atau  Jathilan, Dhames, Baritan, Ujungan, Gamelan Calung, Wayang kulit, Jemblung, Begalan, Aksi muda, Rodat, Dhaeng, Sintren, Ronggeng, Ketoprak, Dagelan, dan Lengger Calung.
Ebeg merupakan salah satu kesenian yang banyak berkembang di daerah Jawa Tengah, khususnya bagian selatan hingga barat seperti Banyumas, Purbalingga, Cilacap, dan Kebumen. Ebeg merupakan jenis tarian yang bercerita mengenai kegiatan latihan perang para prajurit berkuda pada jaman dahulu dan memiliki ciri khas yaitu menggunakan kuda kepang sebagai alat tariannya. Dalam satu grup ebeg, biasanya terdiri dari 5 hingga 8 orang pemain dan diiringi oleh gamelan lengkap dengan perangkat-perangkatnya yang lazim disebut bendhe. Menurut beberapa sumber, tarian ebeg ini sudah mulai berkembang sejak zaman Pangeran Diponegoro. Tarian ini berupa dukungan rakyat jelata terhadap Pangeran Diponegoro dalam melawan penjajah Belanda. Tarian ini biasanya terdiri dari empat fragmen, yaitu dua kali tarian buto lawas, tarian senterewe, dan tarian begon putri. Tarian ini tidak memerlukan koreografi khusus, tetapi penarinya harus bergerak kompak. Sang penari dapat bergerak bebas mengikuti alunan musik gamelan.Walaupun seringkali dikaitkan dengan hal-hal yang bersifat magis dan ekstrem, namun pada intinya tarian ini memberi pesan yang sangat baik yaitu biasanya berisikan imbauan kepada manusia agar senantiasa melakukan kebaikan dan ingat dengan Sang Pencipta.
Kelincahan para penari merupakan simbol semangat dan kekuatan para nenek moyang kita dahulu. Di dalam suatu sajian Ebeg akan melalui satu adegan yang unik yang biasanya di tempatkan di tengah pertunjukan. Atraksi tersebut sebagaimana di kenal dalam bahasa Banyumasan dengan istilah mendhem. Pemain akan kesurupan seperti halnya makan beling atau pecahan kaca, makan dedaunan yang belum matang, makan daging ayam yang masih hidup, berlagak sepeti monyet, ular, dan sebagainya.
Ebeg termasuk kesenian yang tergolong cukup diperhitungkan dalam hal umur. Diperkirakan kesenian jenis ini sudah ada sejak zaman animisme dan dinamisme. Salah satu bukti yang menguatkan Ebeg dalam jajaran kesenian tua adalah adanya bentuk-bentuk intrans atau wuru. Bentuk-bentuk kesenian ini merupakan ciri dari kesenian yang terlahir pada zaman animisme dan dinamisme.

B.   Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang masalah yang telah di kemukakan. Maka rumusan masalah yang diangkat adalah :
1.     Bagaimanakah deskripsi Ebeg Banyumasan
2.     Bagaimanakah pandangan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Fisip Unsoed 2016 tentang kesenian Ebeg Banyumasan




C.   Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dari makalah yang dibuat adalah :
1.     Mengetahui deskripsi Ebeg Banyumasan
2.     Mengetahui pandangan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Fisip Unsoed 2016

D.   Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan dari makalah ini mempunyai dua manfaat yaitu :
1.     Manfaat teoritis
Secara teoritis penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pengetahuan yang berkaitan dengan Ebeg Banyumasan
2.     Manfaat praktis
Melalui tulisan makalah ini diharapkan mahasiswa dapat menyumbangkan pemikiran terhadap Ebeg Banyumasan dikalangan remaja, khusunya Mahasiswa Ilmu Komunikasi Fisip Unsoed 2016


E.   Pembahasan

1.     Deskripsi seni Ebeg Banyumasan
Dalam kegiatan ebeg memerlukan banyak persiapan dalam hal perlengkapan maupun kesiapan fisik dan mental para pemain. Acara biasanya di mulai setelah waktu sholat duhur atau sekitar jam 1 siang sampai jam 5 sore. Peralatan yang perlu dipersiapkan seperti Gendhing pengiring yang dipergunakan antara lain kendang, saron, kenong, gong, dan terompet. Selain gendhing dan tari, ada juga ubarampe yang harus disediakan seperti bunga-bungaan, pisang raja dan pisang mas, kelapa muda (degan), jajanan pasar, dan lainnya. Untuk mengiringi tarian ini selalu digunakan lagu-lagu irama Banyumasan seperti ricik-ricik, gudril, blendrong, lung gadung, cebonan, dan sebagainya. Jumlah penari biasanya 8 orang dua diantaranya penthul-tembem, satu orang sebagai pemimpin atau dalang dan 7 orang lagi sebagai penabuh gamelan. Dan satu grup ebeg biasanya terdiri dari 15 orang atau lebih. Semua penari menggunakan alat bantu ebeg dan si penthul-tembem memakai topeng. Tarian ini termasuk tarian massal, jadi biasanya tarian ebeg dilakukan di tempat luas seperti lapangan ataupun pelataran rumah yang cukup luas.
Ketika para penari mulai kesurupan atau yang dikenal dengan mendhem. Pada saat mendhem, para penari sedang dirasuki oleh indhang. Indhang adalah roh halus yang dapat merasuki orang dan memberikan kekuatan tertentu kepada orang tersebut sehingga ia dapat mencapai suatu tindakan yang melebihi kemampuan manusiawinya. Adanya Indhang dalam kesenian ini merupakan mitos masyarakat Banyumas. Mitos merupakan sebuah keyakinan, kepercayaan yang ada dalam kehidupan masyarakat dan sebagai hasil kebudayaan yang mentradisi sejak zaman dahulu sampai sekarang.
Pada babak ebeg-ebegan, indhang yang datang bukanlah indhang yang baik, tetapi indhang jahat/brangasan sehingga penari ebeg yang telah kerasukan indhang akan mencapai keadaan trance yang membuatnya mampu melakukan hal-hal yang tidak masuk akal, misalnya: memakan pecahan kaca tanpa terluka, memegang bara api tanpa menjadi terbakar, duduk dengan menggunakan pisau tetapi tidak terluka, dan ada yang mengajak berkelahi penonton apabila  indhang yang masuk merupakan  indhang yang jahat dan memiliki dendam dengan seseorang sewaktu hidupnya. Gerak para penari yang sudah kerasukan indhang sangat berbeda dengan gerak penari lainnya. Para penari yang trance atau mendem (ndadi) mereka sudah memiliki kekuatan, stamina yang lebih bahkan mampu melakukan kegiatan di luar jangkauan manusia biasa. Mereka makan kaca/beling, bara api, padi, bunga, kreweng atau pecahan genting dan makan ayam hidup-hidup.
Untuk mendapatkan indhang para penari ebeg harus melakukan ritus. Keberadaan indhang yang merasuki penari ebeg sebagai kekuatan yang berasal dari alam lain membuat para penari melakukan cara-cara khusus untuk mendapatkannya. Penari yang memperoleh Indhang harus melakukan laku tirakat. Laku tirakat adalah menjalankan sikap-sikap hidup sederhana dalam arti yang sesungguhnya, hidup bersih dan melakukan berbagai kegiatan upacara yang meningkatkan kemampuan untuk berkonsentrasi dengan jalan pengendalian diri, dan melakukan berbagai latihan semedi. Dalam hal ini, biasanya penari ebeg harus melakukan puasa weton atau puasa hari lahir, puasa Senin-Kamis, dan bersemedi di petilasan Brawijaya.
Di samping Indhang manusia, danyang Brawijaya sering memberikan indhang binatang, seperti kuda, buaya, dan monyet. Seorang penari yang kerasukan indhang kuda menunjukkan perilaku yang mirip dengan kuda seperti melompat-lompat, meringkik, menyepak-nyepak sambil mengibaskan ebegnya, memakan makanan yang biasa dimakan kuda yaitu bekatul, beras, bunga kantil, bunga melati, daun papaya, dan rumput yang ada di sekitar pemain atau sengaja disediakan. Kalau belum tersedia biasanya penari yang sedang trance akan meminta melalui pawangnya.
Penari yang kerasukan indhang monyet biasanya akan melepaskan properti ebeg yang dipakai. Penari bergerak, bersuara, dan berteriak-teriak sambil meperlihatkan giginya, memanjat pohon, memetik buahnya, memakan buah sambil bergelantungan di pohon seperti yang dilakukan monyet. Penari juga dapat mengupas kelapa dengan giginya, memecahkannya dan memakan buah kelapa tanpa alat bantu yang lain. Penari yang sudah kerasukan indhang buaya akan bergerak layaknya seekor buaya. Penari akan berguling-guling di tanah, merangkak sambil meliuk-liuk, meminum air, dan memakan makanan yang layaknya dimakan buaya.
Dalam ebeg, saat para penari mendhem menunjukan kekuatan satria, demikian pula pemain yang menaiki kuda kepang menggambarkan kegagahan prajurit berkuda dengan segala atraksinya. Biasanya dalam pertunjukan ebeg dilengkapi dengan atraksi barongan, penthul dan cepet. Tidak jarang penonton ikut terbawa dengan atraksi tersebut. Secara tidak sadar, beberapa penonton akan mengikuti gerakan  dari si penari kuda lumping, ikut menari bersama penari kuda lumping lainnya. Hal tersebut karena mereka dari penonton telah terkena roh penari kuda lumping.
Semua penari yang kerasukan Indhang akan bergerak dan menunjukkan aksinya dalam waktu yang tidak sama. Proses penyembuhan dari trance dilakukan oleh pawang dengan cara memberikan air putih yang sudah diberi mantra kepada penari yang sedang trance dan penari memberikan bisikan kepada pawangnya atau penari lain untuk menyediakan syarat yang diminta oleh indhang. Setelah syarat dipenuhi maka penari dipegang ubun-ubunnya dan dibisiki mantra-mantra, ditiup ubun-ubunnya. Penari yang sudah disembuhkan akan terjatuh dan tidak sadar selama beberapa menit sampai indhang yang ada dalam tubuhnya menghilang atau kembali ke alamnya.
Proses penyembuhan oleh pawang tidak selamanya mulus ada yang indhang tidak mau pergi dari tubuh penari sebelum disembuhkan dengan cara khusus, yakni meminta kepada pawang untuk ditidurkan di atas dua buah alat penumbuk padi atau dalam bahasa jawa disebut alu, kemudian ditutup dengan kain diangkat oleh beberapa orang dibawa berputar-putar baru diletakkan di atas tanah, didiamkan sampai indhang tersebut pergi, penari akan sadarkan diri dan membuka kain itu sendiri kemudian berdiri seperti tidak terjadi apa-apa dalam dirinya.

2.     Pandangan
Ebeg Banyumasan menurut Mahasiswa Ilmu Komunikasi Fisip Unsoed 2016:
Pertanyaan :
1)  Apa yang Anda ketahui tentang Ebeg Banyumasan?
2)  Apa Anda tahu tentang mitos atau hal-hal yang berkaitan dengan hal mistis yang ada di ebeg? Berikan contohnya.
3)  Apakah ditempat Anda terdapat kesenian serupa?
4)  Bagaimana pandangan Anda tentang Ebeg Banyumasan pada zaman sekarang?
5)  Menurut Anda, bagaimana cara untuk melestarikan Ebeg Banyamasan?
Jawaban dari berbagai mahasiswa :
a)  Shafira Anindyanari-Purwakarta, Jawa Barat
1)  Sebenarnya saya tidak tahu Ebeg Banyumasan, tetapi kata teman saya Ebeg Banyumasan sejenis kuda lumping.
2)  Iya tahu, seperti di rasuki arwah.
3)  Ada tetapi sudah jarang, namanya di daerah saya ya kuda lumping.
4)  Saya tidak tahu persis Ebeg Banyumasan karena kesenian ini sudah hampir tidak ada.
5)  Dengan cara banyak membuat acara yang menampilkan Ebeg Banyumasan.
b)  Helmina Rafifa Faiztyan-Purwokerto, Jawa Tengah
1)  Ebeg Banyumasan itu kesenian Banyumasan seperti kuda lumping, makan beling, pakai indhang.
2)  Tau, tetapi tidak tahu persis. Orang yang punya indhang biasanya itu dapat dari turun temurun sesepuhnya. Jadi ga semua orang bisa punya indhang, maka dari itu si orang yang punya indhang bisa makan beling, makan serabut kelapa dan melakukan hal-hal yang berbahaya lainnya.
3)  Tidak ada, kebanyakan ebeg ada di desa.
4)  Menurutku ebeg itu susah di cari. Aku pengin nonton tetapi ga ada, sekalipun ada itu juga cuma di ketahui komunitas tertentu yang secara luas ga di publikasian. Aku harap mereka bisa muncul lagi terutama pemerintah harus lebih sadar bahwa ebeg bisa menambah nilai pariwisata karena itu adalah salah satu keunikan yang dimiliki oleh banyumas.
5)  Generasi muda sekarang ada yang berusaha untuk melestarikan budaya ebeg tersebut agar ga punah dan mendedikasikan diri untuk kesenian tersebut.
c)   Ochto Ilhamdi Sujagad-Purbalingga, Jawa Tengah
1)  Seni pertunjukan yang banyak mengandung hal mistis.
2)  Tentang arwah yang merasuki tubuh pemain ebeg.
3)  Ada, Ebeg Purbalingga.
4)  Kurang begitu diminati, karena sampai sekarang tidak bisa go internasional.
5)  Sosialisasi oleh pekerja seni ebeg tersebut kepada masyarakat melalui media sosial.
d)  Arum Widayatni-Batang, Jawa Tengah
1)  Baru dengar. Saya tahunya kuda lumping.
2)  Kalo musik udah nyala biasanya banyak yang kesurupan kaya di masukin roh halus gitu.
3)  Ada, kuda lumping namanya bukan ebeg.
4)  Kurang di lestarikan dan anak jaman sekarang juga banyak yang tidak tahu.
5)  Bikin sanggar agar anak muda mempunyai wadah untuk melestarikannya.
e)   Ngaisah-Purwokerto, Jawa Tengah
1)  Suatu kebudayaan banyumas yang di lakukan oleh laki-laki.
2)  Tau, seperti ghaib. Pada saat si penari “njantur” konon ada makhluk halus di dalamnya.
3)  Ada ebeg juga dan di tempatku ada sanggarnya juga.
4)  Biasa saja, sebenernya tergantung dari pandangan seseorang tentang kebudayaan itu.
5)  Di awali dari masyarakat sendiri karena jika masyarakat itu menyadari bahwa kesenian itu harus tetap ada dan di lestarikan.
f)   Muhammad Rifqi Ilhami-Jakarta, Jawa Barat
1)  Tidak tahu Ebeg Banyumasan.
2)  Biasanya ada kesurupan, bisa makan beling, dan lain-lain.
3)  Kalo dari budayanya ada tapi kalau dari acara sering tidak ada.
4)  Sekarang kurang, dalam artian tidak ada yang meneruskan seakan di telan bumi.
5)  Di bangun kesadaran, karena budaya di suatu daerah itu penting sebagai identitas daerah tersebut.

F.    Penutup

A.   Kesimpulan
Secara garis besar, begitu banyak kesenian serta kebudayaan yang ada di Indonesia diwariskan secara turun-menurun dari nenek moyang bangsa Indonesia hingga ke generasi saat ini. Sekarang, kita sebagai penerus bangsa merupakan pewaris dari seni budaya tradisional yang sudah semestinya menjaga dan memeliharanya dengan baik. Tugas kita adalah mempertahankan dan mengembangkannya, agar dari hari ke hari tidak pupus dan hilang dari khasanah berkesenian masyarakat kita.
B.   Saran
Kesenian tradisional Ebeg Banyumasan merupakan bentuk kesenian warisan budaya yang tetap kita jaga dan lestarikan. Namun, alangkah baiknya bila kesenian tradisional Ebeg Banyumasan ini di lestarikan oleh anak muda zaman sekarang, agar kelak Ebeg Banyumasan tidak cepat di lupakan dan tidak akan punah untuk selamanya.

G.  Daftar Pustaka

Sukoco, Antonius., 2010, Pengertian Kebudayaan dan Seni, (https://etno06.wordpress.com/2010/03/17/pengertian-kebudayaan-dan-seni/ , diakses tanggal 2 Desember 2016).
Fauzi, Hafiz., 2016, Ebeg Banyumasan, (http://www.banyumasku.com/ebeg-banyumas/ , diakses tanggal 2 Desember 2016)




Gambar Hasil Wawancara

Description: C:\Users\ASUS\Pictures\20161123_145808.jpg
Gambar.1 Wawancara Shafira Anindyanari-Purwakarta-Komunikasi 2016
Description: C:\Users\ASUS\Pictures\20161123_150458.jpg               
Gambar.2 Wawancara Helmina Rafifa F-Purwokerto-Komunikasi 2016

Description: C:\Users\ASUS\Pictures\20161123_173353.jpg
Gambar.3 Wawancara Ochto Ilhamdi S-Purbalingga-Komunikasi 2016
Description: C:\Users\ASUS\Pictures\20161123_173825.jpg
Gambar.4 Wawancara Arum Widayatni-Batang-Komunikasi 2016
Description: C:\Users\ASUS\Pictures\20161123_174214.jpg
Gambar.5 Wawanca Ngaisah-Purwokerto-Komunikasi 2016
Description: C:\Users\ASUS\Pictures\1479916174166.jpg
Gambar.6 Wawancara Muhammad Rifqi I-Jakarta-Komunikasi 2016