Jumat, 24 Maret 2017

Teori Pelanggaran Harapan



Pengantar Teori Pelanggaran Harapan
Teori ini dicetuskan oleh Judee Burgoon. Burgoon adalah alumni Iowa State University Illinois State University, dan West Virginia University. Saat ini, Burgoon adalah salah seorang profesor komunikasi dari University of Arizona. Teori ini menyatakan bahwa orang memiliki harapan mengenai perilaku non verbal orang lain. Teori ini menyatakan bahwa ketika norma-norma komunikasi dilanggar, pelanggaran ini dapat dipandang dengan positif atau negatif, tergantung dari persepsi penerima terhadap si pelanggar. Judee Burgoon dan Steven Jones pertamakali merancang teori pelanggaran pengharapan nonverbal untuk menjelaskan konsekuensi dari perubahan jarak dan ruang pribadi selama interaksi komunikasi antar pribadi. Pemikirannya yang tersebar dalam ratusan artikel yang dimuat dalam jurnal dan buku-buku komunikasi memberikan pengaruh yang besar dalam membentuk pemahaman kita tentang berbagai aspek komunikasi nonverbal dewasa ini.

Teori Pelanggaran Harapan
            Burgoon juga menyatakan tentang Personal Space Expectations. Burgoon mendefinisian personal space sebagai sesuatu yang tidak nampak. Salah satu variabel dari ruang sekitar seseorang dapat di definisikan bahwa jarak individu dengan lainnya. Burgoon mengakui bahwa ukuran dan bentuk dari jarak antar individu ditentukan oleh budaya norma kita, tetapi jarak yang ada selalu mencerminkan sebuah kompromi diantara konflik, dan membutuhkan penghindaran bahwa kita sebagai manusia yang mempunyai sebuah kerahasiaan. Studi tentang penggunaan ruang dan jarak dalam berkomunikasi atau lebih populer disebut Proksemik sebenarnya telah dikembangkan oleh Edward T. Hall sejak tahun 1960-an. Dalam teorinya, Hall membedakan empat macam jarak yang menurutnya mengambarkan ragam jarak komunikasi yang diperbolehkan dalam kultur Amerika yakni jarak intim (0 – 18 inci), jarak pribadi (18 inci – 4 kaki), jarak sosial (4 -10 kaki), dan jarak publik (lebih dari 10 kaki). Ada tiga konsep pokok dari teori ini yakni :
Expectancies (Harapan)
Faktor NEV Theory yang pertama mempertimbangkan harapan kita. Melalui norma-norma sosial kita membentuk ” harapan” tentang bagaimana orang lain bertindak secara nonverbal ketika kita saling berinteraksi dengan mereka. Harapan merujuk pada pola-pola komunikasi yang diantisipasi oleh individu berdasarkan pijakan normatif masing-masing individu atau pijakan kelompok. Jika perilaku orang lain menyimpang dari apa yang kita harapkan secara khas, maka suatu pelanggaran pengharapan telah terjadi
Violation Valence (Valensi Pelanggaran)
Harapan nonverbal kita dilanggar oleh orang lain, kita kemudian melakukan penafsiran sekaligus menilai apakah pelanggaran tersebut positif atau negatif. Penafsiran dan evaluasi kita tentang perilaku pelanggaran harapan nonverbal yang biasa disebut Valensi Pelanggaran adalah elemen kedua yang penting dari teori ini. Theori ini berasumsi bahwa perilaku nonverbal adalah penuh arti dan kita mempunyai sikap tentang perilaku nonverbal yang diharapkan. Valensi adalah istilah yang digunakan untuk menguraikan evaluasi tentang perilaku.
Communicator Reward Valence (Valensi Ganjaran Komunikator)
Valensi Ganjaran Komunikator adalah unsur yang ketiga yang mempengaruhi reaksi kita. Sifat alami hubungan antara komunikator mempengaruhi bagaimana mereka merasakan tentang pelanggaran harapan. Jika kita “menyukai” sumber dari pelanggaran ( atau jika pelanggar adalah seseorang yang memiliki status yang tinggi, kredibilitas yang tinggi, atau secara fisik menarik), kita boleh menghargai perlakuan yang unik tersebut. Valensi Ganjaran Komunikator adalah keseluruhan sifat-sifat positif maupun negatif yang dimiliki oleh komunikator termasuk kemampuan komunikator dalam memberikan keuntungan/ganjaran atau kerugian kepada kita di masa datang. Status sosial, jabatan, keahlian tertentu atau penampilan fisik yang menarik dari komunikator dianggap sebagai sumber ganjaran yang potensial. Dalam artian Communicator Reward Valence lebih mencari keuntungan dari lawan bicara, dan lebih melihat dari si pelanggar itu.

Catatan Kritis
Dengan membaca teori ini, saya  bisa mengetahui apakah kita seharusnya melanggar ekspektasi orang lain atau tidak dalam sebuah hubungan komunikasi. Jika kita merasa bahwa hubungan yang terjalin belum begitu dekat sehingga pelanggaran mungkin akan menimbulkan kerancuan dan ketidaknyamanan, maka sebaiknya kita tidak melakukan pelanggaran.Sebaliknya jika kita yakin telah memiliki kesalahan personal yang positif, maka pelanggaran atas ekspektasi orang lain (misalnya tentang jarak personal) tidak saja aman untuk dilakukan, tetapi mungkin akan menghasilkan efek positif terhadap pesan kita.
Menurut saya, Teori ini unik,karena secara tidak sadar banyak peristiwa sehari-hari yang berkaitan dengan teori ini.Teori ini membantu kita pada saat melakukan komunikasi interpersonal tapi setelah membaca materi dan contoh saya rasa teori ini tidak sepenuhnya memperhitungkan mengenai hubungan timbal balik di antara pelaku komunikasi dalam suatu proses interaksi.

 Penerapan

            Seperti yang saya sampaikan diatas, teori ini adalah teori yang secara tidak langsung berkaitan erat dengan kita dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya adalah komunikasi intrapersonal. Penekanan dalam penilaian terhadap pelanggaran yang terjadi hanya dilakukan oleh pihak yang dilanggar bukan oleh kedua belah pihak,sehingga dalam hal ini akan sulit memprediksi dan menilai perilaku yang dilakukan oleh pihak yang melanggar.Yang kedua karena teori ini juga membahas mengenai ruang lingkup komunikasi non verbal saya rasa terlalu luas sehingga kesulitan untuk dapat membuktikan kebenaran atau kesalahan dalam pelanggaran tersebut.

Contoh kasus
           
            Sebagai pribadi, pastinya kita mempunyai jarak-jarak tertentu saat berhubungan dengan orang lain. Misalnya, Dina adalah seorang gadis yang melanjutkan studi ke luar kota. Secara otomatis Dina memilih untuk Kost di kota yang dituju. Dalam kamar kost Dina, pasti memiliki privasi tersendiri yang tidak mungkin diumbar ke seseorang, dan tidak perlu diketahui oleh siapapun. Saat Sari belajar bersama di ruangan Kost Dina, Sari menyarankan untuk menyelesaikan tugasnya di dalam kamar Dina, dikarenakan suasana di halaman kost yang kurang kondusif. Secara tidak langsung, Dina menolak keinginan Sari, tetapi dengan berbagai argumen dari Sari, akhirnya Dina menyetujui untuk belajar di dalam kamarnya, tetapi Dina merapikan kamarnya terlebih dahulu, dan baru memperbolehkan Sari masuk setelah kamar Dina dirasa tidak ada sesuatu hal yang dirasa intim.
           

Teori Koordinasi manajemen makna



Pengantar Teori Manajemen Makna Terkoordinasi
Teori ini dikemukakan oleh W. Barnett dan Vernon Cronen.Mereka menyatakan bahwa“quality of our personal lives and of our social worlds is directly related to the quality of communication in which we engage. Asumsi ini dikembangkan berdasarkan pandangan yang menganggap bahwa percakapan adalah basic material yang membentuk dunia sosial. Teori mereka, yaitu coordinated management of meaning. Pearce dan Cronen menghadirkan CMM sebagai sebuah teori praktis yang ditujukan untuk membuat kehidupan menjadi lebih baik. Tidak seperti ahli teori objektivis lainnya, mereka tidak mengklaim teori ini sebagai hukum besi komunikasi yang menjadi penguasa kebenaran bagi setiap orang dalam setiap situasi. Bagi Pearce dan Cronen, ujian utama bagi teori mereka adalah bukan kebenaran tunggal tetapi konsekuensi. Mereka memandang teori CMM sebagai teori yang berguna untuk mensimulasi cara berkomunikasi yang dapat meningkatkan kualitas hidup setiap orang dalam percakapan sehari-hari. Oleh Karena itu teori CMM umumnya banyak digunakan dalam konteks mediasi, terapi keluarga, konflik budaya dan sebagainya.

Teori Manajemen Makna Terkoordinasi
            Barnett Pearce dan Vernon Cronen mempercayai bahwa komunikasi adalah sebuah proses dimana kita secara kolektif menciptakan peristiwa dan benda-benda dari kehidupan sosial yang ada di sekitar lingkungan kita. Teori mereka tentang manajemen makna koordinasi dimulai dengan sebuah pernyataan untuk membangun realitas sosial mereka dan mereka secara serentak membentuk dari apa yang telah mereka buat. Pearce and cornen menyebutkan teori ini sebagai sebuah teori praktis untuk menolong seseorang menjadi lebih baik. Mereka percaya teori praktik komunikasi menwarkan berbagai macam cara untuk membantu kita untuk mengerti lebih baik segala pola dari sebuah interaksi, mengidentifikasi kejadian kritis di dalam percakapan kita, dan menganjurkan kita untuk berbicara yang akan menciptakan lingkungan sosial yang lebih baik. Teori ini menyediakan pandangan luas tentang konsep, deskripsi, dan model untuk melakukan sesuatu. Para terapis, pekerja sosial, konsultan, dan pengajar menemukan cara untuk membantu orang lain. Pengguna teori ini menyebut diri mereka sebagai social constructionist.. Teori ini, memiliki beberapa konsep. Diantaranya adalah, sebagai berikut :
                 The experience of persons-in-conversation is the primary social process of human life. Keterlibatan seseorang dalam sebuah percakapan adalah proses utama  dalam kehidupan manusia. Pearce mengatakan bahwa konsep dasar ini dimunculkan untuk menyikapi pendapat yang mengatakan bahwa“communication as an odorless, colorless vehicle thought that is interesting or important only when it is done poorly or breaks down.”Menurutnya, komunikasi bukan sekedar aktivitas atau alat bagi seseorang untuk mencapai tujuannya, sebaliknya komunikasi yang membentuk siapa diri mereka dan menciptakan hubungan di antara mereka.
The way people communicate is often more important than the content of what they say.seseorang berkomunikasi sering lebih penting daripada isi pembicaraannya. Mood dan cara seseorang berkomunikasi memainkan peran yang besardalam proses konstruksisosial. Dengan menggunakan bahasa orang saling menyebut orang lain sebagai rasis, gila, buas dan sebagainya. Dengan bahasa pula orang bisa memilih untuk menyebut sebuah peristiwa sebagai sebuah tindak kejahatan atau hanya sebagai sebuah insiden, sakit jiwa daripada gila, dan sebagainya.
The actions of persons-in-conversation are reflexively reproduced as the interaction continuous. Maksudnya bahwa setiap apa yang kita lakukan akan berbalik dan mempengaruhi kita. Tindakan seseorang dalam percakapan akan menentukan kelanjutan dari interaks imereka.
As social constructionists, CMM researchers see themselves as curious participants in a pluralistic world. Mereka penuh rasa ingin tahu karena mereka memandang konyol jika mengharapkan kepastian ketika berhadapan dengan tindakan individu di luar kehidupan mereka dalam kondisi yang selalu berubah.

Para teoritisi CMM membedakan stories lived dan stories told. Stories lived adalah co-constructed actions yang kita jalani bersama orang lain. Stories told adalah kata-kata naratif yang kita gunakan untuk memahami stories lived.


Catatan Kritis
            Setelah saya mempelajari teori manajemen makna terkoordinasi, bahwa Pearce dan Cronen tidak menuntut bahwa kekuatan adalah isu penting bagi kehidupan dalam masyarakat. Banyak praktisi teori ini berpendapat bahwa tidak secara otomatis mencari siapa yang mengontrol percakapan utnuk mempertahankan dominasi kekuatan yang ada. Teori ini giat sebagai teori kritis yang bergantung pada apa arti untuk membuat sebuah pernyataan. Teori ini juga dapat membantu kita dalam hal mediasi, dan terapi dalam keluarga, dan membuat kestauan dalam perbedaan.


Penerapan
            Teori manajemen makna terkoordinasi menitikberatkan pada interakasi interpersonal. Karena di setiap individu terdapat sebuah komunikasi. Teori ini juga dapat digunakan sebagai mediasi diantara dua individu yang sedang mengalami permasalahan. Teori ini juga terdapat dalam sebuah komunikasi keluarga. Teori ini juga dapat untuk menyatukan sebuah komunitas yang berbeda dalam sebuah masyarakat. Teori CMM ini akan menimbulkan dunia sendiri, dan akan membangun realitas sosial terhadap sekumpulan individu yang mempunyai hobi atau kesukaan yang sama atau seragam

Contoh Kasus
            Dinda adalah gadis penyuka budaya musik  korea, atau lebih dikenal dengan sebutan K-Pop. Dinda menyukai K-Pop sejak SMP. Tetapi sejak SMP, Dinda hanya menyalurkan hobinya sendiri tanpa adanya orang lain yang memiliki kesukaan seragam. Sejak awal masuk SMA, Dinda mulai menemukan banyak teman yang menyukai budaya K-Pop. Dari situlah Dinda dan teman penyuka K-Pop serasa memiliki dunia sendiri. Setiap kali mereka berkumpul atau bertemu, hal utama dari pembicaraannya adalah tentang K-Pop. Mereka sering lupa waktu untuk membahas hal yang berbau korea, mulai dari membahas Band baru, artis baru di korea, mempelajari bahasa korea, dan juga membicarakan kejadian-kejadian yang berkaitan dengan artis korea.