Pengantar
Teori Pelanggaran Harapan
Teori ini dicetuskan oleh Judee Burgoon. Burgoon
adalah alumni Iowa State University Illinois State University, dan West
Virginia University. Saat ini, Burgoon adalah salah seorang profesor komunikasi
dari University of Arizona. Teori ini menyatakan bahwa orang memiliki harapan
mengenai perilaku non verbal orang lain. Teori ini menyatakan bahwa ketika
norma-norma komunikasi dilanggar, pelanggaran ini dapat dipandang dengan
positif atau negatif, tergantung dari persepsi penerima terhadap si pelanggar.
Judee Burgoon dan Steven Jones pertamakali merancang teori pelanggaran
pengharapan nonverbal untuk menjelaskan konsekuensi dari perubahan jarak dan
ruang pribadi selama interaksi komunikasi antar pribadi. Pemikirannya yang
tersebar dalam ratusan artikel yang dimuat dalam jurnal dan buku-buku
komunikasi memberikan pengaruh yang besar dalam membentuk pemahaman kita
tentang berbagai aspek komunikasi nonverbal dewasa ini.
Teori Pelanggaran Harapan
Burgoon juga menyatakan
tentang Personal Space Expectations. Burgoon
mendefinisian personal space sebagai sesuatu yang tidak nampak. Salah satu
variabel dari ruang sekitar seseorang dapat di definisikan bahwa jarak individu
dengan lainnya. Burgoon mengakui bahwa ukuran dan bentuk dari jarak antar
individu ditentukan oleh budaya norma kita, tetapi jarak yang ada selalu
mencerminkan sebuah kompromi diantara konflik, dan membutuhkan penghindaran
bahwa kita sebagai manusia yang mempunyai sebuah kerahasiaan. Studi tentang
penggunaan ruang dan jarak dalam berkomunikasi atau lebih populer disebut
Proksemik sebenarnya telah dikembangkan oleh Edward T. Hall sejak tahun
1960-an. Dalam teorinya, Hall membedakan empat macam jarak yang menurutnya
mengambarkan ragam jarak komunikasi yang diperbolehkan dalam kultur Amerika
yakni jarak intim (0 – 18 inci), jarak pribadi (18 inci – 4 kaki), jarak sosial
(4 -10 kaki), dan jarak publik (lebih dari 10 kaki). Ada tiga konsep pokok dari
teori ini yakni :
Expectancies (Harapan)
Faktor NEV Theory yang pertama mempertimbangkan harapan kita. Melalui
norma-norma sosial kita membentuk ” harapan” tentang bagaimana orang lain
bertindak secara nonverbal ketika kita saling berinteraksi dengan mereka.
Harapan merujuk pada pola-pola komunikasi yang diantisipasi oleh individu
berdasarkan pijakan normatif masing-masing individu atau pijakan kelompok. Jika
perilaku orang lain menyimpang dari apa yang kita harapkan secara khas, maka
suatu pelanggaran pengharapan telah terjadi
Violation Valence (Valensi Pelanggaran)
Harapan nonverbal kita dilanggar oleh orang lain, kita
kemudian melakukan penafsiran sekaligus menilai apakah pelanggaran tersebut
positif atau negatif. Penafsiran dan evaluasi kita tentang perilaku pelanggaran
harapan nonverbal yang biasa disebut Valensi
Pelanggaran adalah elemen kedua yang penting dari teori ini. Theori
ini berasumsi bahwa perilaku nonverbal adalah penuh arti dan kita mempunyai
sikap tentang perilaku nonverbal yang diharapkan. Valensi adalah istilah yang
digunakan untuk menguraikan evaluasi tentang perilaku.
Communicator Reward Valence (Valensi Ganjaran Komunikator)
Valensi Ganjaran Komunikator adalah unsur yang ketiga
yang mempengaruhi reaksi kita. Sifat alami hubungan antara komunikator
mempengaruhi bagaimana mereka merasakan tentang pelanggaran harapan. Jika kita
“menyukai” sumber dari pelanggaran ( atau jika pelanggar adalah seseorang yang
memiliki status yang tinggi, kredibilitas yang tinggi, atau secara fisik
menarik), kita boleh menghargai perlakuan yang unik tersebut. Valensi Ganjaran
Komunikator adalah keseluruhan sifat-sifat positif maupun negatif yang dimiliki
oleh komunikator termasuk kemampuan komunikator dalam memberikan
keuntungan/ganjaran atau kerugian kepada kita di masa datang. Status sosial,
jabatan, keahlian tertentu atau penampilan fisik yang menarik dari komunikator
dianggap sebagai sumber ganjaran yang potensial. Dalam artian Communicator Reward Valence lebih mencari
keuntungan dari lawan bicara, dan lebih melihat dari si pelanggar itu.
Catatan Kritis
Dengan membaca teori ini, saya bisa mengetahui apakah kita seharusnya
melanggar ekspektasi orang lain atau tidak dalam sebuah hubungan komunikasi.
Jika kita merasa bahwa hubungan yang terjalin belum begitu dekat sehingga
pelanggaran mungkin akan menimbulkan kerancuan dan ketidaknyamanan, maka
sebaiknya kita tidak melakukan pelanggaran.Sebaliknya jika kita yakin telah
memiliki kesalahan personal yang positif, maka pelanggaran atas ekspektasi
orang lain (misalnya tentang jarak personal) tidak saja aman untuk dilakukan, tetapi
mungkin akan menghasilkan efek positif terhadap pesan kita.
Menurut saya, Teori ini unik,karena
secara tidak sadar banyak peristiwa sehari-hari yang berkaitan dengan teori ini.Teori ini membantu kita pada saat melakukan
komunikasi interpersonal tapi setelah membaca materi dan contoh saya rasa teori
ini tidak sepenuhnya memperhitungkan mengenai hubungan timbal balik di antara
pelaku komunikasi dalam suatu proses interaksi.
Penerapan
Seperti
yang saya sampaikan diatas, teori ini adalah teori yang secara tidak langsung
berkaitan erat dengan kita dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya adalah
komunikasi intrapersonal. Penekanan dalam
penilaian terhadap pelanggaran yang terjadi hanya dilakukan oleh pihak yang
dilanggar bukan oleh kedua belah pihak,sehingga dalam hal ini akan sulit
memprediksi dan menilai perilaku yang dilakukan oleh pihak yang melanggar.Yang kedua karena teori ini juga
membahas mengenai ruang lingkup komunikasi non verbal saya rasa terlalu luas
sehingga kesulitan untuk dapat membuktikan kebenaran atau kesalahan dalam
pelanggaran tersebut.
Contoh
kasus
Sebagai pribadi, pastinya kita
mempunyai jarak-jarak tertentu saat berhubungan dengan orang lain. Misalnya,
Dina adalah seorang gadis yang melanjutkan studi ke luar kota. Secara otomatis
Dina memilih untuk Kost di kota yang dituju. Dalam kamar kost Dina, pasti
memiliki privasi tersendiri yang tidak mungkin diumbar ke seseorang, dan tidak
perlu diketahui oleh siapapun. Saat Sari belajar bersama di ruangan Kost Dina,
Sari menyarankan untuk menyelesaikan tugasnya di dalam kamar Dina, dikarenakan
suasana di halaman kost yang kurang kondusif. Secara tidak langsung, Dina
menolak keinginan Sari, tetapi dengan berbagai argumen dari Sari, akhirnya Dina
menyetujui untuk belajar di dalam kamarnya, tetapi Dina merapikan kamarnya
terlebih dahulu, dan baru memperbolehkan Sari masuk setelah kamar Dina dirasa
tidak ada sesuatu hal yang dirasa intim.