Jumat, 24 Maret 2017

Teori Interaksionisme simbolik



Pengantar Teori Interaksionisme Simbolik ( Interactionisme Symbolic )
Teori Interaksionisme simbolik sebenarnya tidak lepas dari tokoh George Herbert Mead. Mead berfikir bahwa pemikiran seseorang, konsep kita, dan masyarakat luas dimana kita tinggal telah membentuk sebuah komunikasi. Menurutnya, tanpa adanya interaksi simbolik  kita tidak pernah tahu apa yang ada dalam masyarkat.
Interaksi simbolik tidak hanya apa yang kita bicarakan, tetapi lebih menekankan pada bahasa dan gerak tubuh seseorang dalam meresponnya. Generasi setelah Mead merupakan awal perkembangan interaksi simbolik, yang mana ketika itu dasar pemikiran Mead terpecah menjadi dua mazhab yang berbeda dalam hal metodologi.  Kedua mazhab itu ialah Mazhab Chicago yang dipelopori oleh Blumer dan Iowa yang dipelopori oleh Manfred Kuhn bersama dengan Kimball Young. George Herbert Mead menghabiskan sebagian besar waktunya dengan mengajar di Universitas Chicago. Bukunya yang berjudul “Mind, Self, and Society” merupakan kumpulan bahan kuliah yang ia berikan di Universitas Chicago.

Teori Interaksionisme Simbolik
Teori Interaksi Simbolik merupakan teori yang memiliki asumsi bahwa manusia membentuk makna melalui proses komunikasi. Teori interaksi simbolik berfokus pada pentingnya konsep diri dan persepsi yang dimiliki iindividu berdasarkan interaksi dengan individu lain. Blumer menyebutkan terdapat tiga prinsip dari teori simbolik interaksionisme, yaitu meaning, language, dan thinking. Prinsip tersebut merujuk pada kesimpulan tentang kreasi dari seseorang, sosial, dan masyarakat luas.
Prinsip pertama adalah, meaning. Tujuan utama dari prinsip meaning adalah membangun realitas sosial. Menurut Blumer beralasan bahwa manusia bertindak terhadap orang atau hal-hal atas dasar makna atas apa yang orang lain lakukan. Berkaca dari pendapat Mead, Nell menyebutkan bahwa untuk mendapatkan salah satu yang dicetuskan para ilmuwan adalah pemikiran tentang stimulus-respon. Tetapi, setelah mendapatkan perubahan ditetapkan bahwa diagram dari sebuah interaksi adalah adanya stimulus-interpretation-response.
               Prinsip kedua dari Blumer adalah Language atau bahasa. Maksud dari prinsip ini adalah bahwa bahasa dapat dijadikan sebagai sumber dari suatu makna. Dengan kata lain, makna tidak melekat pada suatu benda, suatu makna dapat di istilahkan dengan bahasa maka dapat diistilahkan sebagai interaksi simbolik. Sebagai manusia, kita memiliki kemampuan untuk menyebutkan sesuatu hal. Kita dapat menunjuk suatu objek , mengidentifikasi tindakan, atau merujuk pada suatu ide yang abstrak. Mead percaya bahwa penyebutan simbol adalah dasar untuk masyarakat luas. Ahli beranggapan bahwa dengan memperluan pengetahuan adalah dengan bergantung pada keberagaman suatu kata. Meskipun bahasa dapat menjadikan sebuah batasan bagi kita, tetapi kita dapat melewati batasan tersebut dengan kemampuan yang kita miliki  dan dapat mengetahui berbagai kata. 
               Prinsip ketiga adalah Thinking, maksudnya adalah interpretasi seseorang tentang simbol adalah hasil percampuran dari proses pemikiran mereka sendiri. Ahli berpendapat bahwa interaksi simbolik menggambarkan pemikiran sebagai percakapan dengan diri sendiri. Mead menyebutnya dengan minding. Minding adalah komunikasi dengan diri sendiri sebagai cara mudah, berlatih bersikap, dan mencegah reaksi sebelum menanggapi. Keikutsertaan Mead yang paling terbesar adalah tentang pemahaman kita terhadap cara berpikir kita sendiri tentang gagasannya bahwa seseorang  memiliki kemampuan “ To take the role of the other”, maksudnya adalah proses jiwa kita untuk membayangkan kamu adalah orang lain yang melihat dirimu sendiri. Mead yakin bahwa pemikiran adalah sebuah perkataan jiwa yang diakui oleh masyarakat , dan masyarakat akan melihat kita,, dan beraksi untuk merespon apa yang telah kita lakukan
 
 
 
 
Catatan Kritis
            “Melihat teori yang dapat diuji dan dijelaskan secara langsung dan tidak langsung yang diteliti menggunakan penelitian sosial , gagasan Mead adalah sebuah gagasan yang cacat”, pendapat itu adalah penilaian dari Sheldon Stryker dan saya menyetujuinya. Interaksionisme simbolik dikritik karena karena meremehkan atau mengabaikan  peran struktur berkala luas. Ketidakjelasan konsep-konsep esensial Meadian seperti : pikiran, diri, I, dan Me.  Konsep dasar teori interaksionisme simbolik yang dinilai keliru, tidak tepat. Karena-konsep itu tak tepat, maka sulit mengoperasionalisasikannya, akibatnya adalah tak dapat dihasilkan proposi-proposisi yang dapat diuji.

Penerapan
            Jika berbicara tentang penerapan atau aplikasi teori interaksionisme simbolik dapat masuk ke interaksi interpersonal, karena terjadi antara dua individu. Karena dalam interaksi interpersonal terdapat suatu interaksi yang memungkinkan terjadinya interaksi menggunakan simbol-simbol. Simbol tersebut bisa menggunakan bahasa, dan gestur atau gerak tubuh. Di dalam interaksi tersebut seseorang yang menerima simbol dari lawan bicara harus mengartikan dan memaknai apa maksud simbol tersebut agar kita dapat mengerti dan tidak terjadi Missed Communication. Selain itu, teori interaksi simbolik juga diterapakn pada komunikasi kelompok, publik, dan massa.

Contoh Kasus
            Dalam teori ini pada intinya menginterpretasi simbol yang kita terima, baik simbol verbal dan nonverbal. Salah satu simbol verbal adalah menggunakan bahasa dalam suatu interaksi. Bahasa adalah sumber dari makna. Salah satu cotoh populer saat ini adalah tentang pidato Ahok di kepulauan seribu. Dalam isi pidato tersebut Ahok berbicara tentang pemakaian surat al-maidah ayat 51 oleh oknum politisi. Ahok mempunyai niatan bahwa, surat Al-Maidah 51 sering dipakai sebagai alat kebohongan oknum politisi. Tetapi ditanggapai lain oleh bebarapa pihak seperti FPI ( Front Pembela Islam ). FPI beranggapan bahwa Ahok telah menistakan agama islam, karena telah membawa surat Al-Maidah 51 yang pada intinya terdapat dalam kitab suci Al-Quran untuk kegiatan politik Ahok. Maka dari sinilah kita harus berhati-hati dalam menggunakan bahasa. Karena pemakaian bahasa akan memengaruhi kita sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar