Pengantar
Teori Cultural Studies ( Kajian Budaya )
Teori cultural studies atau sering
disebut dengan teori kajian budaya adalah sebuah teori karya Stuart Hall yang
mengadopsi teori kritis Marx. Lahir di tengah semangat Neo-Marxisme yang
berupaya untuk meredefinisikan Marxisme, sebagai perlawanan terhadap
dominasi dan hegemoni budaya tertentu. Cultural studies berakar
dari gagasan Karl Marx, yang mempunyai pandangan bahwa kapitalisme telah
menciptakan kelompok elit kuasa untuk melakukan eksploitasi terhadap kelompok
yang tidak berkuasa dan lemah. Pengaruh kontrol kelompok berkuasa terhadap yang
lemah menjadikan kelompok yang lemah merasa tidak memiliki kontrol atas masa
depan mereka. Stuart Hall berpendapat bahwa suatu budaya pasti memiliki dan
menyimpan ideoogi yang lebih berkuasa. Teori ini menempatkan Komunikasi Massa
harus memahami konteks kultur yang ada, bukan hanya mencari tahu tentang
sesuatu.
Teori
Cultural Studies
Teori ini, sebenarnya mengkaji
berbagai kebudayaan dan praktek budaya serta kaitannya dengan kekuasaan.
Tujuannya adalah mengungkapkan hubungan kekuasaan serta mengkaji bagaimana
hubungan tersebut mempengaruhi berbagai bentuk kebudayaan (sosial-politik,
ekonomi, ilmu pengetahuan, hukum dan lain-lain). Cultural studies tidak hanya merupakan studi tentang budaya yang
merupakan entitas tersendiri yang terpisah dari konteks sosial dan politiknya.
Tujuannya adalah memahami budaya dalam segala bentuk kompleksnya dan
menganalisis konteks sosial dan politik tempat budaya tersebut berasal. Media
massa sekarang ini cenderung memilih hal hegemoni, dalam hal ini hegemoni
bertujuan untuk memaksa orang secara halus, dan memaksa seseorang lewat alam
bawah sadar. Hegemoni adalah konsep yang mewakili pengaruh,
kekuasaan atau dominasi kelompok sosial tertentu atas kelompok lainnya.
Hegemoni budaya berarti kontrol sebuah kelompok atas kelompok lainnya melalui
budaya. Konsep hegemoni banyak digunakan oleh sosiolog untuk menjelaskan
fenomena terjadinya usaha untuk mempertahankan kekuasaan oleh pihak penguasa.Hall
menyatakan bahwa fungsi utama dari sebuah percakapan adalah membuat atau
memaknai sebuah makna. Ketika pesan dikirimkan kepada
masyarakat, maka khalayak akan menerima dan membandingkan pesan-pesan tersebut
dengan makna sebelumnya yang telah disimpan dalam ingatan. Proses inilah yang
disebut dengan decoding. Proses decoding mendapat perhatian
dalam cultural studies karena menentukan arti pesan bagi seseorang.
Fungsi yang kedua adalah sebagai alat kontrol dari Komunikasi Massa. Terdapat
tiga skenario seseorang dalam memaknai dan mengkaji sebuah pesan melalui media.
Yang pertama adalah Dominant, yang pada intinya seseorang menerima pesan apa
adanya tanpa adanya unsur kritis. Yang
kedua adalah Negotiate, di sinilah seseorang mulai mengembangkan rasa dan sikap
kritis mereka, akan mengolah pesan atau ide untuk diterimanya. Yang ketiga
adalah sikap oposional, di sinilah seseorang menolak secara total tentang suatu
berita atau pesan yang diterimanya.
Catatan
kritis
Menurut
saya dalam teori ini Hall belum bisa memastikan kebenaran akan apakah yang
dipublikasikan dimedia itu sesuai dengan kenyataan atau tidak.Masalahnya
seringkali terjadi perbedaan pandangan antara pihak satu dan pihak lain
mengenai kebenaran,dengan argumentasi masing-masing yang disampaikan secara
logis,sehingga kita tidak bisa memastikan siapa pihak yang benar
dan siapa pihak yang salah.Saya rasa
tanpa standar kebenaran,teori Hall tidak mungkin bisa mengevaluasi kualitas
dari kritik media. Selain itu juga, saya berpendapat bahwa teori ini terlalu
memaksa terhadap hal hegemoni, dan memaksa khalayak untuk mengakui adanya
status quo, serta pada teori yang disebutkan Hall bahwa semuanya yang terdapat
pada media itu terdapat ideologi, tetapi tidak semua media menyimpan
ideologi-ideologi. Teori ini lebih mengarahkan bahwa media sudah di
konglomerasi dan ditunggangi oleh penguasa dominan.
Penerapan
Teori ini dapat diterapkan dalam
lingkup komunikasi massa,dimana media massa memiliki pengaruh besar untuk mempengaruhi
khalayak.Dimana media telah menjadi alat utama dimana kita semua belajar banyak
aspek mengenai dunia disekitar kita,memberikan informasi dan mempersuasi
khalayak mengenai produk dan kebijakan, walaupun
sekarang ini media masa ditunggangi oleh penguasa dominan. Media juga
membentuk makna dalam budaya,serta dapat membentuk ideologi. Teori hall
mengingatkan bahwa akan sia-sia jika kita berbicara tentang meaning (makna),
tanpa peduli pada keberadaan power.Karena seseorang yang memiliki power atau
kekuasaan dapat berguna memengaruhi pemikiran orang banyak.Namun orang yang sedikit memiliki power
sulit untuk bisa memengaruhi orang banyak. Selain dalam komunikasi massa teori
ini juga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.Mulai
dari fashion,cara berjalan,gaya hidup dan sebagainya.Dengan mempelajari teori
ini kita bisa lebih kritis dalam mengkonsumsi pesan,dan tidak mudah percaya
dengan apa yang dilihat,sehingga bisa lebih bijak ketika akan melakukan sesuatu
setelah kita mendapatkan suatu pesan.
Contoh kasus
Akhir-akhir
ini banyak sekali tayangan-tayangan yang sedikit tidak bermutu. Salah satunya
adalah sinetron-sinetron yang menayangkan sisi kemewahan. Dari situlah aktor
atau pemain menggunakan pakaian modis, perhiasan mewah, mobil mahal, dan
tindakan yang tidak sesuai. Secara tidak langsung tayangan-tayangan itu telah
merubah pemikaran seseorang, dan memancing seseorang untuk bertindak sesuai
yang dia tonton. Penonton itu cenderung ingin meniru gaya mewah yang
ditonjolkan, mungkin keinginan untuk mempunyai mobil mewah, perhiasan, fashion
modis, dan hal lain. Dari sinilah acara atau tayangan itu akan merubah
seseorang menjadi lebih konsumtif.