Sabtu, 01 April 2017

Teori Cultural Studies ( Kajian Budaya )



Pengantar Teori Cultural Studies ( Kajian Budaya )
            Teori cultural studies atau sering disebut dengan teori kajian budaya adalah sebuah teori karya Stuart Hall yang mengadopsi teori kritis Marx. Lahir di tengah semangat Neo-Marxisme yang berupaya untuk meredefinisikan Marxisme, sebagai perlawanan terhadap dominasi dan hegemoni budaya tertentu.  Cultural studies berakar dari gagasan Karl Marx, yang mempunyai pandangan bahwa kapitalisme telah menciptakan kelompok elit kuasa untuk melakukan eksploitasi terhadap kelompok yang tidak berkuasa dan lemah. Pengaruh kontrol kelompok berkuasa terhadap yang lemah menjadikan kelompok yang lemah merasa tidak memiliki kontrol atas masa depan mereka. Stuart Hall berpendapat bahwa suatu budaya pasti memiliki dan menyimpan ideoogi yang lebih berkuasa. Teori ini menempatkan Komunikasi Massa harus memahami konteks kultur yang ada, bukan hanya mencari tahu tentang sesuatu.

Teori Cultural Studies
Teori ini, sebenarnya mengkaji berbagai kebudayaan dan praktek budaya serta kaitannya dengan kekuasaan. Tujuannya adalah mengungkapkan hubungan kekuasaan serta mengkaji bagaimana hubungan tersebut mempengaruhi berbagai bentuk kebudayaan (sosial-politik, ekonomi, ilmu pengetahuan, hukum dan lain-lain). Cultural studies tidak hanya merupakan studi tentang budaya yang merupakan entitas tersendiri yang terpisah dari konteks sosial dan politiknya. Tujuannya adalah memahami budaya dalam segala bentuk kompleksnya dan menganalisis konteks sosial dan politik tempat budaya tersebut berasal. Media massa sekarang ini cenderung memilih hal hegemoni, dalam hal ini hegemoni bertujuan untuk memaksa orang secara halus, dan memaksa seseorang lewat alam bawah sadar. Hegemoni adalah konsep yang mewakili pengaruh, kekuasaan atau dominasi kelompok sosial tertentu atas kelompok lainnya. Hegemoni budaya berarti kontrol sebuah kelompok atas kelompok lainnya melalui budaya. Konsep hegemoni banyak digunakan oleh sosiolog untuk menjelaskan fenomena terjadinya usaha untuk mempertahankan kekuasaan oleh pihak penguasa.Hall menyatakan bahwa fungsi utama dari sebuah percakapan adalah membuat atau memaknai sebuah makna. Ketika pesan dikirimkan kepada masyarakat, maka khalayak akan menerima dan membandingkan pesan-pesan tersebut dengan makna sebelumnya yang telah disimpan dalam ingatan. Proses inilah yang disebut dengan decoding. Proses decoding mendapat perhatian dalam cultural studies karena menentukan arti pesan bagi seseorang. Fungsi yang kedua adalah sebagai alat kontrol dari Komunikasi Massa. Terdapat tiga skenario seseorang dalam memaknai dan mengkaji sebuah pesan melalui media. Yang pertama adalah Dominant, yang pada intinya seseorang menerima pesan apa adanya  tanpa adanya unsur kritis. Yang kedua adalah Negotiate, di sinilah seseorang mulai mengembangkan rasa dan sikap kritis mereka, akan mengolah pesan atau ide untuk diterimanya. Yang ketiga adalah sikap oposional, di sinilah seseorang menolak secara total tentang suatu berita atau pesan yang diterimanya.


Catatan kritis
            Menurut saya dalam teori ini Hall belum bisa memastikan kebenaran akan apakah yang dipublikasikan dimedia itu sesuai dengan kenyataan atau tidak.Masalahnya seringkali terjadi perbedaan pandangan antara pihak satu dan pihak lain mengenai kebenaran,dengan argumentasi masing-masing yang disampaikan secara logis,sehingga kita tidak  bisa  memastikan siapa pihak yang benar dan siapa pihak yang salah.Saya rasa tanpa standar kebenaran,teori Hall tidak mungkin bisa mengevaluasi kualitas dari kritik media. Selain itu juga, saya berpendapat bahwa teori ini terlalu memaksa terhadap hal hegemoni, dan memaksa khalayak untuk mengakui adanya status quo, serta pada teori yang disebutkan Hall bahwa semuanya yang terdapat pada media itu terdapat ideologi, tetapi tidak semua media menyimpan ideologi-ideologi. Teori ini lebih mengarahkan bahwa media sudah di konglomerasi dan ditunggangi oleh penguasa dominan.

Penerapan
Teori ini dapat diterapkan dalam lingkup komunikasi massa,dimana media massa memiliki pengaruh besar untuk mempengaruhi khalayak.Dimana media telah menjadi alat utama dimana kita semua belajar banyak aspek mengenai dunia disekitar kita,memberikan informasi dan mempersuasi khalayak mengenai produk dan kebijakan, walaupun sekarang ini media masa ditunggangi oleh penguasa dominan. Media juga membentuk makna dalam budaya,serta dapat membentuk ideologi. Teori hall mengingatkan bahwa akan sia-sia jika kita berbicara tentang meaning (makna), tanpa peduli pada keberadaan power.Karena seseorang yang memiliki power atau kekuasaan dapat berguna memengaruhi pemikiran orang banyak.Namun orang yang sedikit memiliki power sulit untuk bisa memengaruhi orang banyak. Selain dalam komunikasi massa teori ini juga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.Mulai dari fashion,cara berjalan,gaya hidup dan sebagainya.Dengan mempelajari teori ini kita bisa lebih kritis dalam mengkonsumsi pesan,dan tidak mudah percaya dengan apa yang dilihat,sehingga bisa lebih bijak ketika akan melakukan sesuatu setelah kita mendapatkan suatu pesan.

Contoh kasus
            Akhir-akhir ini banyak sekali tayangan-tayangan yang sedikit tidak bermutu. Salah satunya adalah sinetron-sinetron yang menayangkan sisi kemewahan. Dari situlah aktor atau pemain menggunakan pakaian modis, perhiasan mewah, mobil mahal, dan tindakan yang tidak sesuai. Secara tidak langsung tayangan-tayangan itu telah merubah pemikaran seseorang, dan memancing seseorang untuk bertindak sesuai yang dia tonton. Penonton itu cenderung ingin meniru gaya mewah yang ditonjolkan, mungkin keinginan untuk mempunyai mobil mewah, perhiasan, fashion modis, dan hal lain. Dari sinilah acara atau tayangan itu akan merubah seseorang menjadi lebih konsumtif.

9 komentar: