Sabtu, 01 April 2017

Teori Semiotika



Pengantar Teori Semiotika
Dalam hal ini, tokoh semiotik terkenal adalah Roland Barthes, dia menyatakan semiotika adalah bukan suatu sebab akibat, bukan sebuah pengetahuan, bukan sebuah disiplin ilmu, bukan sebuah perubahan, tetapi mungkin hanya sebuah teori. Tujuan utama dari semiotika adalah menafsirkan sinyal secara verbal dan non verbal. Verbal yang dimaksud biasanya disebut dengan Linguistik. Meskipun Barthes menitikberatkan pada sisi non verbal atau beraneka ragam sinyal visual yang hanya menunggu untuk dibaca. Barthes menyatakan bahwa semiotika atau semiologi adalah penekanan mengunakan apapun yang dapat berdiri untuk sesuatu yang lain, atau lebih jelasnya Semiologi adalah sebuah ilmu sosial yang mengartikan dari sebuah sinyal atau tanda-tanda

Teori Semiotika
            Teori yang bernamakan semiotics ini mengatakan bahwa gambar-gambar dalam media memiliki arti tertentu selain dirinya sendiri. Dalam teori ini, manusia dikatakan sebagai spesies yang dapat di dorong keinginannya untuk membentuk makna dari gambar-gambar tersebut. Rouland Barthes, juga pengikut saussurean berpendapat bahwa:”sebuah sistem tanda yang mencerminkan asumsi-asumsi dari suatu masyarakat tertentu dalam waktu tertentu”.Roland Barthes pernah berkata: ”Apa yang tidak kita katakan dengan lisan, sebenarnya tubuh kita sudah mengatakannya”. Pernyataan itu mengindikasikan signifikansi bahasa simbolik manusia.

Wrestling with signs, Barthes menggambarkan semiotika sebagai suatu mitos. Teori Barthes dari makna konotatif sangat dipengaruhi dari pemikiran Ferdinand De Saussure, Saussure tertarik pada cara kompleks pembentukan kalimat dan cara bentuk-bentuk kalimat menentukan makna, tetapi kurang tertarik pada kenyataan bahwa kalimat yang sama bisa saja menyampaikan makna yang berbeda pada orang yang berbeda situasinya. Ia juga yang menciptakan istilah semiologi serta yang menganjurkan kajiannya. Barthes menggambarkan prinsip-prinsip intinya ini menjadi :

1.      A Sign Is the Combination of Its Signifier and Signified Tahap ini lebih melihat secara denotasi. Denotasi ialah tahap mempelajari tanda secara bahasa

2.      A Sign Does Not Stand on Its Own: It Is Part of a Sytem Tahap ini melihat secara konotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda yang didalamnya beroprasi makna yang tidak langsung dan tidak pasti.

The yellow ribbon transformation Barthes berpendapat bahwa sistem mitos atau konotatif adalah urutan kedua sistem semilogical yang di bangun dari sebuah sistem tanda.
The making of myth Barthes menyatakan bahwa setiap tanda ideologis terdapat dua sistem tanda yang saling berhubungan. Sistem satu adalah penanda dan yang ke dua yaitu pertanda. Mitos yang  berurusan dengan semiologi telah berkaitan dengan dua istilah, yakni penanda (signifier) dan petanda (signified),dan kemudian bertautan lagi dengan istilah sign(tanda).
Unsmaking the myth of homogeneous society, Barthes menyimpulkan bahwa masyarakat tentang konotasi selalu berakhir sama. Yaitu, mitos memperkuat nilai-nilai yang dominan dari suatu budaya yang mereka miliki.

The semiotics of mass communication, Tanda-tanda semiotik semakin dikenal ketika disiarkan melalui media massa. Karena, tanda-tanda serta isu-isu merupakan bagian yang integral dari komunikasi massa. Barthes menyimpulkan bahwa, informasi yang disampaikan oleh media massa tentang suatu mitos adalah komoditas dengan tema berkhayal. Pokok studi pembelajaran semiotika/semiologi ini adalah tanda. Tanda itu sendiri memiliki ciri khusus yang penting. Pertama, tanda harus dapat diamati, dalam arti tanda itu dapat ditangkap makna atau artinya. Kedua, tanda harus menunjuk pada sesuatu yang lain, artinya bisa menggantikan, mewakili, dan menyajikan. Tanda dan hubungan-hubungannya adalah kunci dari analisis semiotik. Dimana relasi tersebut memunculkan makna.

Catatan Kritis
Mempelajari makna-makna simbolik, baik pada manusia maupun benda, merupakan hal yang sangat menarik. Karena banyak orang yang belum bisa menguraikan makna dengan sempurna dalam simbol-simbol kehidupan. Teori Semiotic melakukan proses pemaknaan komunikasi. Manusia melalui kemampuan akalnya berupaya berinteraksi dengan menggunakan tanda sebagai alat untuk berbagai tujuan, salah satu tujuan tersebut adalah untuk berkomunikasi dengan orang lain sebagai bentuk adaptasi dengan lingkungan. Teori ini tidak bisa dikategorikan sederhana, karena scope dari teori ini luas. Terlalu rumit untuk  dipraktekkan, karena pada dasarnya kita cenderung melihat sesuatu (objek) secara sepintas tanpa melihat fungsi&cara tanda itu bekerja.

  Penerapan
            Teori semiotika Barthes pada intinya menekankan pada hasil interpretasi kita terhadap hal-hal simbolik. Seringkali penerapan teori ini berada di lintasan interaksi interpersonal. Karena dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain, pasti muncul sebuah simbol simbol yang dikeluakan. Selain itu juga, dalam hal komunikasi massa, komunikasi publik, komunikasi organisasi, dan komunikasi antarbudaya. Dalam berinterkasi dengan massa, publik, dalam sebuah organisasi, bahkan berinteraksi sesama yang berbeda budaya memerlukan suatu imajinasi dan pemaknaan terhadap simbol yang ada, baik verbal dan non verbal.

Contoh kasus
Teori semiotika sebenarnya memaksa masyarakat untuk memahami simbol yang ada. Misalnya, pada tanggal 28 Februari adalah hari Vallentine atau hari kasih sayang. Pada hari itu juga, Budi memberikan sebuah coklat kepada pacarnya yang bernama Tanti. Dari sinilah Tanti memahami maksud apa yang Budi berikan padany. Setelah ditelaah dan dikaji ulang, maksud Budi memberikan coklat pada hari vallentine adalah sebagai tanda kasih sayang, tanda cinta, tanda kebahagiaan, dan tanda ingin memiliki Tanti selamanya. Dari sinilah Tanti mulai mengerti akan keinginan Budi melalui simbol coklat yang diberikan saat hari vallentine.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar