Selasa, 20 Maret 2018

EKSISTENSI KAUM HOMOSEKSUAL ( GAY ) SEBAGAI BENTUK FORMS OF EXPRESSION DI AKUN MEDIA SOSIAL


Hello Guys... apa kabar? Kabar baik kan... Kali ini saya akan membahas tentang eksistensi kaum Homoseksual ( Gay ) di berbagai media sosial... penasaran? Yuk... cek this out

Dengan adanya perubahan zaman menjadi dunia digital ini, tentunya banyak hal yang akan kita temukan, dan dapat kita lakukan. Salah satu keuntungan dengan adanya era digital ini adalah akses akan internet menjadi lebih mudah, dan tidak dipungkiri lebih dari 50% penduduk indonesia adalah pengguna internet aktif. Menurut APJII ( Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia ) bahwa lebih dari 143 juta jiwa masyarakat indonesia dapat mengakses internet, dan 51, 43% diantaranya adalah Laki-Laki. Menurut Komite Aksi Mahasiswa untuk Reformasi dan Demokrasi (Kamerad), Randi Ohoinaung Pada tahun 2016 kaum homoseksual mencapai sekitar 20 juta orang dari 250 juta penduduk Indonesia atau sekitar 8% dari jumlah penduduk Indonesia.

Sudah tahu Gay itu apa?..

Sinly Evan Putra (2008) berpendapat bahwa, homoseksual dapat diartikan sebagai kelainan terhadap orientasi seksual yang ditandai dengan timbulnya rasa suka terhadap orang lain yang mempunyai kelamin sejenis atau identitas gender yang sama. Sedangkan menurut Dali Gulo (Abu Al-Ghifari: 2002: 105) mengatakan bahwa homoseksual merupakan  kecenderungan untuk memiliki hasrat seksual atau mengadakan hubungan seksual dengan jenis kelamin yang sama. Jadi dapat disimpulkan bahwa Gay atau Homoseksual adalah orientasi seseorang untuk menyukai seseorang atau individu lain yang mempunyai identitas kelamin sama.

Perkembangan Gay di Indonesia dari tahun ke tahun cukup signifikan , menurut KAMERAD ( Komite Aksi Mahasiswa untuk Reformasi dan Demokrasi ) jumlahh Gay di Indonesia mengalami kenaikan hingga 4% dari lima tahun terakhir, pada tahun 2012 jumlah gay mencapai 10 juta jiwa dan pada akhir tahun 2017 ini jumlah gay di indonesia semakin meningkat di angka 8% atau sekitar 20 juta jiwa. Beberapa faktor yang menyebabkan meningkatnya kaum Gay ini adalah kehidupan yang bersifat individulistik yang kurang mendapatkan teguran teguran sosial dari keluarga, serta faktor berkembangnya digitalisasi yang dimana akses internet makin terbuka lebar. Terbukanya akses internet sekarang ini menjadi salah satu “keuntungan” bagi kaum Gay untuk mengekspresikan diri, menjadi terbuka terhadap teknologi, dan sebagai alat untuk mencari teman yang memiliki hasrat seksual yang sama serta melakukan interaksi virtual dan interaksi di kehidupan nyata.

Apa itu forms of expression?

Internet saat ini berperan sebagai form of expression Statement ini artinya bahwa internet dapat menjadi media ekspresi kita sehari-hari dengan berbagai media dan fitur yang terdapat di internet misalkan di sosial media, lalu di blog dan media lainnya. Di lain sisi, aplikasi  dari ekspresi dalam dunia internet disebutkan oleh Hill dan Hughes ( 1998: 184 ) menunjukkan, hanya karena orang memiliki kesempatan untuk membangun persahabatan di dunia maya tidak berarti bahwa mereka menjadi orang yang ramah. Dilihat dari perspektif pesimis maka internet di anggap dapat mengurangi arti yang sesungguhnya dari interaksi itu sendiri. Sedangkan dari perspektif optimis maka, internet dinilai dapat mengintensifkan hubungan dengan orang-orang tanpa memikirkan jarak dan waktu. Perspektif optimis menyatakan interaksi sosial dalam internet sudah menjadi media alternatif dalam hal berkomunikasi. Bagi orang tertentu internat sangat berpengaruh terhadap kecemasan dalam merangsang hubungan interpersonal dan internet digunakan sebagai media alternatif untuk interaksi sosial. Menurut Papacharissi dan Rubin (2000 : 18) menjelaskan bahwa internet digunakan sebagai fungsi alternatif  untuk tatap muka komunikasi (interaksi) bagi mereka yang cemas tentang komunikasi secara tatap muka dan yang tidak menemukan komunikasi tatap mukak menjadi menguntungkan.

Lari Kemana Mereka?

Pro Kontra tentang permasalahan LGBT di Indonesia, berbeda halnya dengan negara Turki, Yordania, Mali, Amerika Serrikat, Belgia, dan negara kebanyakan di benua Eropa yang telah secara resmi melegalkan LGBT dan Pernikahan Sejenis. Permasalahan LGBT di Indonesia sendiri dominan banyak yang kontra, karena dianggap melanggar hukum agama, dan norma sosial yang ada di Indonesia. Banyak kaum Gay di diskriminasi oleh banyak kalangan terhadap orientasi seksual mereka. Dengan adanya diskriminasi di kehidupan sosial, kaum gay ini memanfaatkan teknologi komunikasi dengan membuat sebuah virtual community, yaitu sebuah komunitas yang berada di ranah virtual atau maya. Banyak sosial media yang mereka gunakan seperti fb, dan instagram. Mereka seakan akan meluapkan segala ekspresi mereka di dunia virtual, karena dalam kehidupan sosial nyata mereka merasa di diskriminasi dan secara tidak langsung ditolak oleh banyak kalangan. Selain sosial media yang bersifat umum seperti fb, ig, dan twitter ada juga aplikasi yang dapat digunakan oleh kaum Gay. Menurut Direktorat Tindak Pidana Ekonomi dan Khusus (Dittipideksus) Bareskrim Polri tahun 2016 menemukan 17 aplikasi yang diduga menjadi tempat kaum gay saling berinteraksi, Ketujuh belas aplikasi tersebut antara lain, Grindr, JAck'd, Hornet, BoyAhoy, Blued, Romeo,VGL,GROWLr, GayPark, Adam4Adam, Guyz, Scruff, Gay Dating, Surge, Gaydar, Krave, Gay Times, Gay Cities, dan Maleforce. Aplikai dengan pengunduh terbanyak adalah Hornet, sekitr 4 juta lebih pengunduh yang ada di Indonesia. Kecenderungan kaum Gay di diskriminasi oleh kehidupan sosialnya, mereka melampiaskan dan berpindah halauan ke dunia virtual. Dengan adanya aplikasi pendukung mereka dapat bebas saling berinteraksi, melakukan kencan, ketemuan, dan lebih canggihnya lagi aplikasi aplikasi ini menyediakan fitur Live, Videocall, dan telepon. Tidak segan segan ada beberapa pengguna yang menyalahgunakan aplikasi menjadi tindakan pornografi, dan prostitusi.

So...?, what do you think guys?  

Oke guys, jadi dapat disimpulkan dengan adanya akses internet yang masif, dan perkembangan teknologi ini menjadikan eksistensitas kaum LGBT terutama Gay semakin meningkat. Mereka telah menemukan dunianya di jejaring sosial mereka. Terkadang kehidupan virtual mereka berbanding terbalik dengan kehidupan sosial nyata mereka. Tapi, yang paling miris beberapa pengguna yang justru memanfaatkan aplikasi ini dengan kegiatan prostitusi yang justru akan berdampak pada sisi kesehatan mereka dan rentan terhadap penyakit HIV/AIDS. Oke guys... jadi sebagai manusia modern yang bijak sebaiknya kita dapat memanfaatkan internet ke arah yang positif, dan tetap melihat aturan serta norma norma yang ada di lingkungan sekitar kita. Jangan sampai kita terjebak,diperalat dan diperbudak oleh teknologi yang justru buatan manusia sendiri.



Daftar Pustaka

Evan, Putra Sinly. 2008. Handbook Homoseksual dan tinjauan perspektif ilmiah. Jakarta:Bumi Aksara

Lievrouw, Leah. A & Sonia Livingstone. 2006. Handbook of New Media : Social Shapping, and Social Consequences of ITC.  Sage Publication Ltd. London


2 komentar: