Minggu, 28 Mei 2017

Face Negotiation Theory



Pengantar Teori Face-Negotiation Theory
Teori ini ada ketika beberapa dekade yang lalu masyarakat mengalami konflik dan mereka ingin menanggulangi konflik tersebut. teori menjelaskan bahwa akar konflik didasarkan pada identitas manajemen pada tingkat individu dan budaya. Berbagai aspek dari individu dan identitas budaya yang digambarkan sebagai wajah.. Muka umum adalah gambar dari seorang individu atau kelompok masyarakat yang mereka melihat dan menilai berdasarkan norma-norma dan nilai-nilai budaya. Konflik yang terjadi ketika individu atau kelompok memiliki wajah yang seperti terancam.
Face Negotiation Theory dikemukakan pertama kali oleh Stella Ting-Toomey pada tahun 1985. Teori ini membantu mengelola konflik budaya yang berbeda dalam aspek komunikasi, selain itu teori ini dikembangkan  sebagai cara untuk memprediksi bagaimana seseorang akan menyempurnakan identitas mereka (facework) dalam kebudayaan yang berbeda. Sifat alami yang akan muncul pada tiap orang adalah bagaimana mereka memperlihatkan identitas mereka dan bisa dianggap keberadaanya oleh orang lain. Face, atau bisa juga disebut sebagai pencitraan diri atau rasa positif yang tertanam dalam diri kita mengenai budaya kita saat kita dikenalkan atau berada dalam budaya lain. Sedangkan facework merupakan perilaku komunikasi yang bertujuan untuk melindungi pencitraan diri kita di depan orang lain.

Teori Face-Negotiation Theory
                                                                 
Teori yang diciptakan oleh Stella Ting-Tommey ini dapat membantu menjelaskan perbedaaan-perbedaan budaya dan merespon konflik yang ada di dalamnya. Ting-Tommey berasumsi bahwa seseorang dalam setiap budayanya selalu menampakkan rupa negosiasi. Cara ini bertujuan sebagai kiasan dalam image publik mereka, yang kita inginkan orang lain untuk melihat perlakuan kita. Facework identik dengan pesan verbal dan non-verbal yang berguna untuk membantu mempertahankan dan mengembalikan yang hilang, serta untuk menegakkan kehormatan seseorang. Dalam teori ini ada dua inti variable yang harus diperhatikan, yaitu individualisme dan kolektifisme. Beberapa budaya mungkin akan lebih mengutamakan individualism dalam bermasyarakat dibanding dengan komunitas atau berkelompok. Setiap orang akan memiliki rasa untuk menjadi seorang yang individualis atau mungkin berkelompok. Akan tetepi, lama kelamaan hal itu akan dipengaruhi oleh faktor luar seperti kebudayaan yang mengikatnya.
Selain individualism-kelompok, ada hal lain yang akan mempengaruhi facework, yaitu power distance atau kekuatan jarak. Di beberapa kebudayaan di dunia, pasti akan terdapat tingkatan hierarki yang memisahkan status seseorang secara kuat. Dengan adanya status ini akan mempengaruhi kekuatan yang dimiliki oleh individu dan mengikat apa yang bisa dilakukan oleh mereka. Akan tetapi memang ada pula budaya yang tidak terlalu mementingkan hierarki di dalamnya. Kekuatan yang dimiliki dalam kelompok tersebut tidak akan jauh satu sama lain.
The Multiples Faces of Face, meskipun kebijaksaan yang popular dibarat salam muka sebagai keasyikan orang Asia, Ting-Toomey dan peneliti lain yang berhubungan mencari untuk dijadikan perhatian dunia. Itu karena face sebagai sebuah perluasan dari konsep diri, mudah diserang, dasarb sumber identitas. Face bermakna berbeda, bergantung pada budaya dan identitas individu.
Ting-Toomey mengidentifikasikan 5 respons yang berbeda pada berbagai situasi, yaitu Avoiding, Menghindari diskusi dengan anggota kelompok lain mengenai perbedaan yang dimiliki. Obliging, Memberikan harapan kepada anggota kelompok. Compromising, Menggunakan give-and-take untuk kesepakan yang dapat dibuat. Dominating, Teguh dalam mempertahankan pendapat pribadi demi kepentingan pribadi. Integrating, Menukar ketepatan informasi dengan anggota kelompok untuk memecahkan masalah bersama. Tujuan utama yang hendak dicapai oleh teori milik Ting-Toomey ini adalah mengidentifikasi bagaimana orang-orang dengan budaya yang berbeda dapan bernegosiasi (negotiate face) atau menangani konflik. Menurutnya, ada tiga syarat ketrampilan yang harus dipenuhi agar komunikasi antarbudaya bisa efektif, yaitu:

Knowledge─pengetahuan, adalah dimensi terpenting dalam kompetensi facework. Untuk bisa berkomunikasi dengan orang baru, kita harus tahu hal-hal yang berbeda antara kita dengannya. Dari situ kita bisa mengatur strategi apa yang bisa kita gunakan untuk berkomunikasi dengannya. Mindfulness─artinya waspada terutama pada asumsi, sudut pandang, dan kecenderungan etnik kita sendiri ketika kita memasuki situasi yang tidak biasa (unfamiliar situation). Minfulness adalah memperhatikan perspektif dan interpretasi orang lain yang asing bagi kita dengan memandang intercultural episode. Interaction skill─yaitu kemampuan untuk berkomunikasi secara tepat, efektif, dan adaptif dalam setiap situasi yang kita alami.


Catatan Kritis
Contoh yang diberikan dalam teori ini menggambarkan budaya kolektivisme orang Jepang dan budaya individualisme orang Amerika Serikat. Namun sangat berbahaya menciptakan stereotype yang general bagi masyarakat Jepang atau Amerika Serikat. Kenyataannya, ketika digambarkan dalam satu garis lurus, ada area yang overlapping atau tumpang tindih antara perilaku kolektivisme atau individualisme masyarakat Jepang maupun Amerika Serikat.
Ting-Toomey memperkenalkan konsep independent dan interdependent dengan mengacu pada ‘derajat di mana orang akan merasa dirinya adalah manusia otonom atau terhubung dengan orang lain’. Markus dan Kitayama menyebutnya dengan self-construal atau self-image.
 

Penerapan
Teori ini menjelaskan tentang perbedaan budaya dalam mengatasi konflik antar budaya dalam konteks komunikasi. Teori ini bisa diterapkan dalam keadaan seseorang individu di kalangan masyarakat yang berbudaya berbeda dalam komunikasi interpersonal, artinya individu dapat menerapakan dirinya dalam suatu komunitas dengan perbedaan kelompok sehingga terjadilah negosiasi antar individu dalam komunikasi interpersonal. Kelompok biasanya mengalami konflik dikarenakan perbedaan kebudayaan. Konflik dalam teori ini bisa dikatakan sebagai miss communication dimana adanya pesan yang tidak tersampaikan yang merupakan akibat dari perbedaan konsep setiap individu.


Contoh Kasus

            Ajang pencarian bakat Indonesia Idol akan segera dimulai, banyak kota-kota di Indonesia yang mengadakan audisi di daerah-daerah Tiara adalah seorang penyayi dari panggung, dia sudah terbiasa menyayi dari panggung ke panggung. Saat itu, Marni teman Tiara mengetahui adanya audisi di daerahnya. Lalu, Marni memberitahu Tiara akan hal tersebut. Marni, meminta Tiara untuk mengikuti audisi indonesia idol. Tiara merasa terkejut akan hal itu, tiara merasa dirinya sendiri belum mempunyai pengalaman musik, dan dirasa masih dini untuk mengikuti ajang sebesar indonesian idol. Tiara juga merasa suaranya tidak sebagus peserta lain, dan Tiara malu karena berasal dari desa. Tetapi, Marni tetap memberikan dukungan dan motivasi untuk Tiara. Pada akhirnya, Tiara mengikuti audisi dan berhasil lolos.


            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar