Pengantar
Teori Face-Negotiation Theory
Teori ini ada ketika beberapa dekade
yang lalu masyarakat mengalami konflik dan mereka ingin menanggulangi konflik
tersebut. teori menjelaskan bahwa akar konflik didasarkan pada identitas
manajemen pada tingkat individu dan budaya. Berbagai aspek dari individu dan
identitas budaya yang digambarkan sebagai wajah.. Muka umum adalah gambar dari
seorang individu atau kelompok masyarakat yang mereka melihat dan menilai
berdasarkan norma-norma dan nilai-nilai budaya. Konflik yang terjadi ketika
individu atau kelompok memiliki wajah yang seperti terancam.
Face Negotiation Theory dikemukakan
pertama kali oleh Stella Ting-Toomey pada tahun 1985. Teori ini membantu
mengelola konflik budaya yang berbeda dalam aspek komunikasi, selain itu teori
ini dikembangkan sebagai cara untuk memprediksi bagaimana seseorang akan
menyempurnakan identitas mereka (facework) dalam kebudayaan yang berbeda. Sifat
alami yang akan muncul pada tiap orang adalah bagaimana mereka memperlihatkan
identitas mereka dan bisa dianggap keberadaanya oleh orang lain. Face, atau
bisa juga disebut sebagai pencitraan diri atau rasa positif yang tertanam dalam
diri kita mengenai budaya kita saat kita dikenalkan atau berada dalam budaya
lain. Sedangkan facework merupakan perilaku komunikasi yang bertujuan untuk
melindungi pencitraan diri kita di depan orang lain.
Teori Face-Negotiation
Theory
Teori yang diciptakan oleh Stella Ting-Tommey ini
dapat membantu menjelaskan perbedaaan-perbedaan budaya dan merespon konflik
yang ada di dalamnya. Ting-Tommey berasumsi bahwa seseorang dalam setiap
budayanya selalu menampakkan rupa negosiasi. Cara ini bertujuan sebagai kiasan
dalam image publik mereka, yang kita inginkan orang lain untuk melihat perlakuan
kita. Facework identik dengan pesan verbal dan non-verbal yang berguna untuk
membantu mempertahankan dan mengembalikan yang hilang, serta untuk menegakkan
kehormatan seseorang. Dalam teori ini ada dua inti variable yang harus
diperhatikan, yaitu individualisme dan kolektifisme. Beberapa budaya mungkin
akan lebih mengutamakan individualism dalam bermasyarakat dibanding dengan
komunitas atau berkelompok. Setiap orang akan memiliki rasa untuk menjadi
seorang yang individualis atau mungkin berkelompok. Akan tetepi, lama kelamaan
hal itu akan dipengaruhi oleh faktor luar seperti kebudayaan yang mengikatnya.
Selain
individualism-kelompok, ada hal lain yang akan mempengaruhi facework,
yaitu power distance atau kekuatan jarak. Di beberapa kebudayaan di
dunia, pasti akan terdapat tingkatan hierarki yang memisahkan status seseorang
secara kuat. Dengan adanya status ini akan mempengaruhi kekuatan yang dimiliki
oleh individu dan mengikat apa yang bisa dilakukan oleh mereka. Akan tetapi
memang ada pula budaya yang tidak terlalu mementingkan hierarki di dalamnya.
Kekuatan yang dimiliki dalam kelompok tersebut tidak akan jauh satu sama lain.
The
Multiples Faces of Face, meskipun kebijaksaan yang popular dibarat salam muka
sebagai keasyikan orang Asia, Ting-Toomey dan peneliti lain yang berhubungan
mencari untuk dijadikan perhatian dunia. Itu karena face sebagai sebuah perluasan
dari konsep diri, mudah diserang, dasarb sumber identitas. Face bermakna
berbeda, bergantung pada budaya dan identitas individu.
Ting-Toomey mengidentifikasikan 5
respons yang berbeda pada berbagai situasi, yaitu Avoiding, Menghindari diskusi
dengan anggota kelompok lain mengenai perbedaan yang dimiliki. Obliging,
Memberikan harapan kepada anggota kelompok. Compromising, Menggunakan
give-and-take untuk kesepakan yang dapat dibuat. Dominating, Teguh dalam
mempertahankan pendapat pribadi demi kepentingan pribadi. Integrating, Menukar
ketepatan informasi dengan anggota kelompok untuk memecahkan masalah bersama.
Tujuan utama yang hendak dicapai oleh teori milik Ting-Toomey ini adalah
mengidentifikasi bagaimana orang-orang dengan budaya yang berbeda dapan
bernegosiasi (negotiate face) atau menangani konflik. Menurutnya, ada tiga
syarat ketrampilan yang harus dipenuhi agar komunikasi antarbudaya bisa
efektif, yaitu:
Knowledge─pengetahuan, adalah dimensi terpenting dalam kompetensi facework. Untuk bisa berkomunikasi dengan orang baru, kita harus tahu hal-hal yang berbeda antara kita dengannya. Dari situ kita bisa mengatur strategi apa yang bisa kita gunakan untuk berkomunikasi dengannya. Mindfulness─artinya waspada terutama pada asumsi, sudut pandang, dan kecenderungan etnik kita sendiri ketika kita memasuki situasi yang tidak biasa (unfamiliar situation). Minfulness adalah memperhatikan perspektif dan interpretasi orang lain yang asing bagi kita dengan memandang intercultural episode. Interaction skill─yaitu kemampuan untuk berkomunikasi secara tepat, efektif, dan adaptif dalam setiap situasi yang kita alami.
Knowledge─pengetahuan, adalah dimensi terpenting dalam kompetensi facework. Untuk bisa berkomunikasi dengan orang baru, kita harus tahu hal-hal yang berbeda antara kita dengannya. Dari situ kita bisa mengatur strategi apa yang bisa kita gunakan untuk berkomunikasi dengannya. Mindfulness─artinya waspada terutama pada asumsi, sudut pandang, dan kecenderungan etnik kita sendiri ketika kita memasuki situasi yang tidak biasa (unfamiliar situation). Minfulness adalah memperhatikan perspektif dan interpretasi orang lain yang asing bagi kita dengan memandang intercultural episode. Interaction skill─yaitu kemampuan untuk berkomunikasi secara tepat, efektif, dan adaptif dalam setiap situasi yang kita alami.
Catatan Kritis
Contoh yang
diberikan dalam teori ini menggambarkan budaya kolektivisme orang Jepang dan
budaya individualisme orang Amerika Serikat. Namun sangat berbahaya menciptakan
stereotype yang general bagi masyarakat Jepang atau Amerika Serikat.
Kenyataannya, ketika digambarkan dalam satu garis lurus, ada area yang overlapping
atau tumpang tindih antara perilaku kolektivisme atau individualisme masyarakat
Jepang maupun Amerika Serikat.
Ting-Toomey
memperkenalkan konsep independent dan interdependent dengan
mengacu pada ‘derajat di mana orang akan merasa dirinya adalah manusia otonom
atau terhubung dengan orang lain’. Markus dan Kitayama menyebutnya dengan self-construal
atau self-image.
Penerapan
Teori ini menjelaskan tentang perbedaan budaya dalam
mengatasi konflik antar budaya dalam konteks komunikasi. Teori ini bisa
diterapkan dalam keadaan seseorang individu di kalangan masyarakat yang
berbudaya berbeda dalam komunikasi interpersonal, artinya individu dapat menerapakan dirinya dalam suatu
komunitas dengan perbedaan kelompok sehingga terjadilah negosiasi antar
individu dalam komunikasi interpersonal. Kelompok biasanya mengalami konflik
dikarenakan perbedaan kebudayaan. Konflik dalam teori ini bisa dikatakan
sebagai miss communication dimana adanya pesan yang tidak
tersampaikan yang merupakan akibat dari perbedaan konsep setiap individu.
Contoh Kasus
Ajang
pencarian bakat Indonesia Idol akan segera dimulai, banyak kota-kota di
Indonesia yang mengadakan audisi di daerah-daerah Tiara adalah seorang penyayi
dari panggung, dia sudah terbiasa menyayi dari panggung ke panggung. Saat itu,
Marni teman Tiara mengetahui adanya audisi di daerahnya. Lalu, Marni
memberitahu Tiara akan hal tersebut. Marni, meminta Tiara untuk mengikuti
audisi indonesia idol. Tiara merasa terkejut akan hal itu, tiara merasa dirinya
sendiri belum mempunyai pengalaman musik, dan dirasa masih dini untuk mengikuti
ajang sebesar indonesian idol. Tiara juga merasa suaranya tidak sebagus peserta
lain, dan Tiara malu karena berasal dari desa. Tetapi, Marni tetap memberikan
dukungan dan motivasi untuk Tiara. Pada akhirnya, Tiara mengikuti audisi dan
berhasil lolos.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar