A.
Pengertian Bahasa, dan simbol
Bahasa adalah alat
komunikasi yang berupa sistem lambang bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia.
Sebagaimana kita ketahui, bahasa terdiri atas kata-kata atau kumpulan kata.
Fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi atau sarana untuk
menyampaikan informasi. Tetapi bahasa pada dasarnya lebih ssekedar alat untuk
menyampaikan informasi, atau mengutarakan pikiran, perasaan, gagasan. Karena pada
intinya bahasa juga memilikin fungsi, sebagai berikut :
a.
Mengadakan hubungan dalam kehidupan.
b.
Menimbulkan rasa estetis manusia.
Maksudnya adalah manusia mengolah dan menggunaan bahasa dengan
seindah-indahnya.
c.
Mempelajari pengetahuan lain diluar
pengetahuan kebahasaan.
Simbol adalah gambar yang digunakan untuk mendukung teks,
membuat makna yang lebih jelas, dan lebih mudah untuk dipahami. Kata simbol
dalam bahasa latin yaitu symbolium, dalam bahasa inggria symbol. Kata simbol
berasal dari bahasa yunani yaitu symbolon (symballo) yang berarti bermakna,
memberi kesan atau menarik kesimpulan. Kata simbol ini memiliki beberapa
pengertian yaitu sebagai berikut:
- Simbol
adalah sesuatu yang biasanya merupakan tanda yang terlihat untuk
menggantikan gagasan atau objek tertentu
- Tanda
konvensional yaitu sesuatu yang dibangun masyarakat atau seseorang dengan
arti tertentu yang sebelumnya sudah disepakati oleh masyarakat. Arti
simbol dalam konteks ini sering berlawanan dengan tanda alamiah
- Sesuatu
yang diberikan arti dengan persetujuan umum dan atau dengan kesepakatan
atau kebiasaan. Misalnya lampu lalu lintas
- Tanda
atau isyarat, yang digunakan untuk mewakili sesuatu yang lain seperti
arti, kualitas, gagasan dan objek
Kata simbol ini memiliki beberapa
pengertian yaitu sebagai berikut:
- Simbol
adalah sesuatu yang biasanya merupakan tanda yang terlihat untuk
menggantikan gagasan atau objek tertentu
- Tanda
konvensional yaitu sesuatu yang dibangun masyarakat atau seseorang dengan
arti tertentu yang sebelumnya sudah disepakati oleh masyarakat. Arti
simbol dalam konteks ini sering berlawanan dengan tanda alamiah
- Sesuatu
yang diberikan arti dengan persetujuan umum dan atau dengan kesepakatan
atau kebiasaan. Misalnya lampu lalu lintas
- Tanda
atau isyarat, yang digunakan untuk mewakili sesuatu yang lain seperti arti,
kualitas, gagasan dan objek
B.
Symbols Are Arbitrary
Kata Arbitrer
mengandung arti manasuka. Tetapi istilah arbitrer disini adalah tidak adanya
hubungan wajib antara lambang bahasa, atau simbol dengan konsep atau pengertian
yang dimaksud oleh lambang ( Charer 1994:45). Yang dimaksud dengan arbitrer
adalah tidak adanya hubungan langsung yang bersifat wajib antara lambang dengan
yang dilambangkan. Dengan kata lain, hubungan antara bahasa dan wujud bendanya
hanya didasarkan pada kesepakatan antara penurut bahasa di dalam masyarakat
bahasa yang bersangkutan. Maksudnya masing-masing bahasa terbentuk tidak
berdasarkan sistem dan proses yang baku dan sama. Proses pembentukan istilah
dalam suatu bahasa atau simbol ada kalanya melalui proses pengambilan bunyi ,
proses gabungan istilah sehingga melahirkan istilah baru atau bahkan proses
yang tidak diketahui prosesnya. Ke-arbitreran bahasa tidak sepenuhnya liar,
konsep terserah yang terkandung dalam sebuah bahasa dibatasi dengan konsep
konvensionalatau kesepakatan bersama. Yang dimaksud konvensional adalah menjadi
kesepaktan bersama , memiliki konsep sama tentang istilah tersebutMisalnya
adalah lambang bahasa yang berwujud bunyi kuda, dengan rujukannya yaitu seekor
binatang berkaki empat yang bisa dikendarai, tidak ada hubungannya sama sekali,
tidak ada ciri alamiahnya sedikitpun
Ferdinand de Saussure (1966:67) dalam dikotominya membedakan apa yang
disebut signifiant (Inggris: signifier) dan signifie (Inggris: signified).
Signifiant adalah lambang bunyi iyu, sedangkan signifie adalah konsep yang
dikandung oleh signifiant. Dalam peristilahan Indonesia dewasa ini ada
digunakan istilah penanda untuk lambang bunyi atau signifiant dan istilah
petanda untuk konsep yang dikandungnya, atau diwakili oleh penanda tersebut.
Hubungan antara signifiant dan signifie itulah yang bersifat arbitrer. Lambang
yang berupa bunyi itu tidak memberi “saran” atau “petunjuk” apapun untuk
mengenal konsep yang diwakilinya. Tidak adanya hubungan antara signifiant dan
signifie menyebabkan Bolinger (1975:22) mengatakan: Seandainya ada hubungan
antara lambang dengan yang dilambangkannya itu, maka seseorang yang tidak tahu
suatu bahasa tertentu akan dapat menebak makna sebuah kata apabila dia
mendengar kata itu diucapkan. Kenyataannya, kita tidak bisa menebak makna
sebuah kata dari bahasa apapun (termasuk bahasa sendiri) yang belum pernah kita
dengar karena bunyi kata tersebut tidak memberi “saran” atau “petunjuk” apapun
untuk mengetahui maknanya.
Apabila ada hubungan wajib antara lambang dengan yang dilambangkannya,
tentu lambang yang dalam bahasa Indonesia berbunyi [kuda], akan disebut juga
[kuda] oleh orang di klaten, bukannya [jaran]. Di Inggris orang juga akan
menyebut [kuda] dan bukannya <horse>; begitu juga di negara lain. Lalu
andaikata ada hubungan wajib antara lambang dengan yang dilambangkannya maka di
bumi ini tidak akan ada bermacam-macam bahasa. Tentu hanya ada satu bahasa yang
meskipun mungkin berbeda tetapi perbedaannya tidak terlalu banyak.
Memang ada juga yang
berpendapat bahwa ada sejumlah kata dalam bahasa apapun yang lambangnya berasal
dari bunyi benda yang diwakilinya. Misalnya lambang [meong] dalam bahasa
Indonesia, yang mempunyai hubungan dengan konsep yang dilambangkannya, yaitu
sejenis binatang buas yang bunyinya [meong]; atau lambang bunyi [cecak] yang
mempunyau hubungan dengan konsep yang dilambangkannya, yaitu sejenis reptil
yang bunyinya [cak, cak, cak]. Jadi, di sini kata-kata yang disebut onomatope
(kata yang berasal dari tiruan bunyi) ini lambangnya memberi “saran” atau
“petunjuk” bagi konsep yang dilambangkannya. Kalau begitu dapat dikatakan
hubungan antara lambang dengan konsep yang dilambangkannya tidak bersifat
arbitrer. Karena paling tidak ada “saran” bunyi yang menyatakan hubungan
itu.Namun kalau diteliti lebih jauh, yang disebut onomatope ini pun ternyata
tidak persis sama antara bahasa yang satu dengan bahasa yang lain. Bunyi ayam
jantan yang dalam bahasa Indonesia dan dialek Jakarta berbunyi [kukuruyuk]
ternyata dalam bahasa Sunda berbunyi [kongkorongok].
Manasuka
atau arbiter adalah acak, bisa muncul tanpa alasan. Kata-kata (sebagai simbol)
dalam bahasa bisa muncul tanpa hubungan logis dengan yang disimbolkannya.
Mengapa makanan khas yang berasal dari Garut itu disebut dodol bukan dedel atau
dudul ? Mengapa binatang panjang kecil berlendir itu kita sebut cacing ? Mengapa
tumbuhan kecil itu disebut rumput, tetapi mengapa dalam bahasa Sunda disebut
jukut, lalu dalam bahasa Jawa dinamai suket ? Tidak adanya alasan kuat untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas atau yang sejenis dengan pertanyaan
tersebut. Bukti-bukti di atas menjadi bukti bahwa bahasa memiliki sifat
arbitrer, mana suka, atau acak semaunya. Pemilihan bunyi dan kata dalam hal ini
benar-benar sangat bergantung pada konvensi atau kesepakatan pemakai bahasanya.
Orang Sunda menamai suatu jenis buah dengan sebutan cau, itu terserah komunitas
orang Sunda, biarlah orang Jawa menamakannya gedang, atau orang Betawi
menyebutnya pisang. 9 Ada memang kata-kata tertentu yang bisa dihubungkan
secara logis dengan benda yang dirujuknya seperti kata berkokok untuk bunyi ayam,
menggelegar untuk menamai bunyi halilintar, atau mencicit untuk bunyi tikus.
Akan tetapi, fenomena seperti itu hanya sebagtian kecil dari keselurahan
kosakata dalam suatu bahasa.
Daftar
Pustaka
Journal Arbitrer, Vol. 1 No. 1 Oktober
2013 48 LANGUAGE EMPOWERING IN CHARACTER BUILDING (PEMBERDAYAAN BAHASA DALAM
PEMBENTUKAN KARAKTER)
Kamus Besar Bahasa Indonesia .2008.
Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional
Koentjaraningrat.1992. Bahasa dan
Budaya. Makalah dalam Bulan Bahasa dan Sastra IKIP Jakarta.
Lilweri, Alo. 1991. Komunikasi Antar
Pribadi. Bandung: Citra Aditya Bakti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar