Rabu, 15 November 2017

Symbols Are Arbitrary


A.    Pengertian Bahasa, dan simbol
Bahasa adalah alat komunikasi yang berupa sistem lambang bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia. Sebagaimana kita ketahui, bahasa terdiri atas kata-kata atau kumpulan kata. Fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi atau sarana untuk menyampaikan informasi. Tetapi bahasa pada dasarnya lebih ssekedar alat untuk menyampaikan informasi, atau mengutarakan pikiran, perasaan, gagasan. Karena pada intinya bahasa juga memilikin fungsi, sebagai berikut :
a.       Mengadakan hubungan dalam kehidupan.
b.      Menimbulkan rasa estetis manusia. Maksudnya adalah manusia mengolah dan menggunaan bahasa dengan seindah-indahnya.
c.       Mempelajari pengetahuan lain diluar pengetahuan kebahasaan.
Simbol adalah gambar yang digunakan untuk mendukung teks, membuat makna yang lebih jelas, dan lebih mudah untuk dipahami. Kata simbol dalam bahasa latin yaitu symbolium, dalam bahasa inggria symbol. Kata simbol berasal dari bahasa yunani yaitu symbolon (symballo) yang berarti bermakna, memberi kesan atau menarik kesimpulan. Kata simbol ini memiliki beberapa pengertian yaitu sebagai berikut:
  1. Simbol adalah sesuatu yang biasanya merupakan tanda yang terlihat untuk menggantikan gagasan atau objek tertentu
  2. Tanda konvensional yaitu sesuatu yang dibangun masyarakat atau seseorang dengan arti tertentu yang sebelumnya sudah disepakati oleh masyarakat. Arti simbol dalam konteks ini sering berlawanan dengan tanda alamiah
  3. Sesuatu yang diberikan arti dengan persetujuan umum dan atau dengan kesepakatan atau kebiasaan. Misalnya lampu lalu lintas
  4. Tanda atau isyarat, yang digunakan untuk mewakili sesuatu yang lain seperti arti, kualitas, gagasan dan objek
Kata simbol ini memiliki beberapa pengertian yaitu sebagai berikut:
  1. Simbol adalah sesuatu yang biasanya merupakan tanda yang terlihat untuk menggantikan gagasan atau objek tertentu
  2. Tanda konvensional yaitu sesuatu yang dibangun masyarakat atau seseorang dengan arti tertentu yang sebelumnya sudah disepakati oleh masyarakat. Arti simbol dalam konteks ini sering berlawanan dengan tanda alamiah
  3. Sesuatu yang diberikan arti dengan persetujuan umum dan atau dengan kesepakatan atau kebiasaan. Misalnya lampu lalu lintas
  4. Tanda atau isyarat, yang digunakan untuk mewakili sesuatu yang lain seperti arti, kualitas, gagasan dan objek
B.     Symbols Are Arbitrary
Kata Arbitrer mengandung arti manasuka. Tetapi istilah arbitrer disini adalah tidak adanya hubungan wajib antara lambang bahasa, atau simbol dengan konsep atau pengertian yang dimaksud oleh lambang ( Charer 1994:45). Yang dimaksud dengan arbitrer adalah tidak adanya hubungan langsung yang bersifat wajib antara lambang dengan yang dilambangkan. Dengan kata lain, hubungan antara bahasa dan wujud bendanya hanya didasarkan pada kesepakatan antara penurut bahasa di dalam masyarakat bahasa yang bersangkutan. Maksudnya masing-masing bahasa terbentuk tidak berdasarkan sistem dan proses yang baku dan sama. Proses pembentukan istilah dalam suatu bahasa atau simbol ada kalanya melalui proses pengambilan bunyi , proses gabungan istilah sehingga melahirkan istilah baru atau bahkan proses yang tidak diketahui prosesnya. Ke-arbitreran bahasa tidak sepenuhnya liar, konsep terserah yang terkandung dalam sebuah bahasa dibatasi dengan konsep konvensionalatau kesepakatan bersama. Yang dimaksud konvensional adalah menjadi kesepaktan bersama , memiliki konsep sama tentang istilah tersebutMisalnya adalah lambang bahasa yang berwujud bunyi kuda, dengan rujukannya yaitu seekor binatang berkaki empat yang bisa dikendarai, tidak ada hubungannya sama sekali, tidak ada ciri alamiahnya sedikitpun
Ferdinand de Saussure (1966:67) dalam dikotominya membedakan apa yang disebut signifiant (Inggris: signifier) dan signifie (Inggris: signified). Signifiant adalah lambang bunyi iyu, sedangkan signifie adalah konsep yang dikandung oleh signifiant. Dalam peristilahan Indonesia dewasa ini ada digunakan istilah penanda untuk lambang bunyi atau signifiant dan istilah petanda untuk konsep yang dikandungnya, atau diwakili oleh penanda tersebut. Hubungan antara signifiant dan signifie itulah yang bersifat arbitrer. Lambang yang berupa bunyi itu tidak memberi “saran” atau “petunjuk” apapun untuk mengenal konsep yang diwakilinya. Tidak adanya hubungan antara signifiant dan signifie menyebabkan Bolinger (1975:22) mengatakan: Seandainya ada hubungan antara lambang dengan yang dilambangkannya itu, maka seseorang yang tidak tahu suatu bahasa tertentu akan dapat menebak makna sebuah kata apabila dia mendengar kata itu diucapkan. Kenyataannya, kita tidak bisa menebak makna sebuah kata dari bahasa apapun (termasuk bahasa sendiri) yang belum pernah kita dengar karena bunyi kata tersebut tidak memberi “saran” atau “petunjuk” apapun untuk mengetahui maknanya.
Apabila ada hubungan wajib antara lambang dengan yang dilambangkannya, tentu lambang yang dalam bahasa Indonesia berbunyi [kuda], akan disebut juga [kuda] oleh orang di klaten, bukannya [jaran]. Di Inggris orang juga akan menyebut [kuda] dan bukannya <horse>; begitu juga di negara lain. Lalu andaikata ada hubungan wajib antara lambang dengan yang dilambangkannya maka di bumi ini tidak akan ada bermacam-macam bahasa. Tentu hanya ada satu bahasa yang meskipun mungkin berbeda tetapi perbedaannya tidak terlalu banyak.
            Memang ada juga yang berpendapat bahwa ada sejumlah kata dalam bahasa apapun yang lambangnya berasal dari bunyi benda yang diwakilinya. Misalnya lambang [meong] dalam bahasa Indonesia, yang mempunyai hubungan dengan konsep yang dilambangkannya, yaitu sejenis binatang buas yang bunyinya [meong]; atau lambang bunyi [cecak] yang mempunyau hubungan dengan konsep yang dilambangkannya, yaitu sejenis reptil yang bunyinya [cak, cak, cak]. Jadi, di sini kata-kata yang disebut onomatope (kata yang berasal dari tiruan bunyi) ini lambangnya memberi “saran” atau “petunjuk” bagi konsep yang dilambangkannya. Kalau begitu dapat dikatakan hubungan antara lambang dengan konsep yang dilambangkannya tidak bersifat arbitrer. Karena paling tidak ada “saran” bunyi yang menyatakan hubungan itu.Namun kalau diteliti lebih jauh, yang disebut onomatope ini pun ternyata tidak persis sama antara bahasa yang satu dengan bahasa yang lain. Bunyi ayam jantan yang dalam bahasa Indonesia dan dialek Jakarta berbunyi [kukuruyuk] ternyata dalam bahasa Sunda berbunyi [kongkorongok].

Manasuka atau arbiter adalah acak, bisa muncul tanpa alasan. Kata-kata (sebagai simbol) dalam bahasa bisa muncul tanpa hubungan logis dengan yang disimbolkannya. Mengapa makanan khas yang berasal dari Garut itu disebut dodol bukan dedel atau dudul ? Mengapa binatang panjang kecil berlendir itu kita sebut cacing ? Mengapa tumbuhan kecil itu disebut rumput, tetapi mengapa dalam bahasa Sunda disebut jukut, lalu dalam bahasa Jawa dinamai suket ? Tidak adanya alasan kuat untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas atau yang sejenis dengan pertanyaan tersebut. Bukti-bukti di atas menjadi bukti bahwa bahasa memiliki sifat arbitrer, mana suka, atau acak semaunya. Pemilihan bunyi dan kata dalam hal ini benar-benar sangat bergantung pada konvensi atau kesepakatan pemakai bahasanya. Orang Sunda menamai suatu jenis buah dengan sebutan cau, itu terserah komunitas orang Sunda, biarlah orang Jawa menamakannya gedang, atau orang Betawi menyebutnya pisang. 9 Ada memang kata-kata tertentu yang bisa dihubungkan secara logis dengan benda yang dirujuknya seperti kata berkokok untuk bunyi ayam, menggelegar untuk menamai bunyi halilintar, atau mencicit untuk bunyi tikus. Akan tetapi, fenomena seperti itu hanya sebagtian kecil dari keselurahan kosakata dalam suatu bahasa.



Daftar Pustaka

Journal Arbitrer, Vol. 1 No. 1 Oktober 2013 48 LANGUAGE EMPOWERING IN CHARACTER BUILDING (PEMBERDAYAAN BAHASA DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER)

Kamus Besar Bahasa Indonesia .2008. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional

Koentjaraningrat.1992. Bahasa dan Budaya. Makalah dalam Bulan Bahasa dan Sastra IKIP Jakarta.

Lilweri, Alo. 1991. Komunikasi Antar Pribadi. Bandung: Citra Aditya Bakti


Tidak ada komentar:

Posting Komentar