Teknik Lighting dalam Film
(*)
Menurut
Turner ( 1999 ) ada beberapa perspektif film, yaitu cine semiology yang terdiri
dari lighting, sound, kerja kamera, dan editing. Kemudia ada film narrative
yang menitikberatkan pada film yang mengangkat cerita rakyat, serta ideology in
the text atau adanya sebuah pertarungan ideologi yang memuat perspektif
sosiologis, dan perspektif psikologis. Dalam hal ini, saya tertarik untuk
membahas tentang lighting atau teknik pencahayaan dalam sebuah film. Menurut
Graeme Turner, lighting atau tata lampu mempunyai dua fungsi. Yang pertama
adalah fungsi ekspresif, yaitu menetapkan mood, atau memberi film sebuah
penampilan tertentu, serta memberi kontribusi bagi cerita seperti karakter atau
motivasi (1988:56). Penataan lampu yang dapat menghasilkan makna – melalui
pembagian lampu yang tidak rata sehingga menghasilkan kontras – disebut low-key
lighting. Fungsi yang kedua adalah realisme. Ini merupakan fungsi lighting yang
paling banyak digunakan dan tidak kelihatan. Bila berhasil, tata lampu seperti
ini akan menerangi karakter dan setting secara natural, sehingga penonton tidak
menyadari kehadirannya, dan tidak merasakan lighting sebagai sebuah teknologi yang
terpisah. Penggunaan lighting seperti ini disebut high-key lighting. Menurut
saya pencahayaan adalah unsur tata artistik yang paling penting dalam produksi
film. Tanpa adanya cahaya maka penonton tidak dapat menyaksikan apa-apa karena
gelap tak bisa dilihat. Cahaya merupakan gelombang elektromagnetis yang
diterima oleh indera penglihat yang kemudia diteruskan ke otak untu merespon,
menanggapi rangsang cahaya tersebut. Sederhananya, tanpa cahaya maka benda
tidak akan terlihat, dari sinilah film memerlukan cahata agar subyek dapat
terlihat.
(*)
Dalam
teknik pencahayaan terdapat lima kategori pencahayaan yaitu, Downlight,
uplight, backlight, sidelight, dan frontlight. Downlight adalah komponen
pencahayaan yang arah pencahyaan datang dari atas, dan menyinari objek yang ada
dibawahnya. Hampir setiap ruangan memerlukan pencahyaan downlight yang
berfungsi sebagau pencahayaan merata. Cahaya berasal dari lampu yang ditanam
pada langit rumah. Jenis lampu yang termauk lampu downlight adalah lampu pijar,
neon, dan compact flourescent dengan sudut distribusi cahaya yang besar.
Melalui pengaturan sudut jatuh cahaya, lampu dengan arah downlight dapat
menumbuhkan suasana yang berbeda apabila difungsikan sebagai pencahayaan setempat
dan dekoratif. Salah satu contoh yang banyak dipakai adalah wall wisher, yakni
mengarahkn cahaya ke dinding sehingga tekstur dan warna dinding muncul dan
lebih berdimensi Selanjutnya adalah uplight, uplight adalah komponen yang arah
cahayanya datang dari bawah ke atas, dimana posisi lampu dihadapkan ke atas.
Efek cahaya yang ditimbulkan yaitu kesan megah dan memunculkan dimensi. Jenis
pencahayaan ini lebih cenderung ke pencahayaan dekoratif. Backlight adalah
salah satu komponen pencahayaan yang arah cahayanga berasal dari belakang
objek. Hal ini dilakukan untuk memberikan aksentuasi pada objek, misal untuk
memunculkan siluet. Sedangkan pada objek pencahayaa backlight ini memberikan
cahaya pinggir yang menarik perhatian, dan membentuk objek jadi terlihat lebih
jelas. Forntlight adalah ketika arah cahaya datang dari depan objek, dan cahaya
tersebut sebaiknya merata. Cahaya yang tersebar rata membuat objek terlihat apa
adanya. Sidelight ini sebenarnya sama dengan backlight, sidelight ini
dimaksudkan untuk memberikan penekanan pada elemen objek.
Secara sederhana ada dua jenis
sumber pencahayaan yaitu original light atau pencahayaan alami yang bersumber
dari matahari, dan buan. Kemudian ada artficial light atau pencahayaan buatan
atau tiruan. Ada beberapa tujuan pencahayaan yaitu untuk memperoleh atmosfir
yang diinginkan dalam menunjukan kesan, mendapatkan gambar yang sesuai dengan
rencana produksi, memengaruhi emosi penonton, dan mendapatkan gambar sesuai
warna aslinya. Sering kita sebut “Three Points Of Light” atau rumusan dasar
sebuah pencahyaan dalam produksi film. Ketiga point penting tersebut adalah
keylight, fill Light, dan Backlight. Key light disini menjadi penyinaran utama
yang jatuh pada sebuah objek dan akan menghasilkan bayangan kuat. Fill Light adalah
sebuah penyinaran yang bertujuan untuk melunakan bayangan yang dihasilkan
keylight. Back Light yaitu penyinaran dari belakang subyek yang mengenai kepala
dan bahu serta membentuk garis tepi dari subyek, dasar ini berfungsi untuk
memberikan dimensi agar subyek tidak menyatu dengan latarbelakang. Selain tiga
poin pencahayaan tadi masih ada jenis pencahayaan lainnya, yakni background
light dimaksudkan agar setting/panggung tetap bisa terlihat dengan baik. Selain
background light terdapat rim light, dan kicker light. Rim light bertujuan
untuk menerangi objek disamping manusia, dan kicker light digunakan untuk
mencahayai sisi subyek. Biasanya diposisikan low angle, dan diletakan dibelakang
subyek mengarah ke sisinya. Pada Three Point Of Light digunakan key light
sebagai lampu utama yang ditempatkan 45 derajat terhadap kamera, kemudia fiil
light ditempatkan 45 derajat terhadap kamera pada sisi lain dan backlight
ditempatkan dengan sebuah boom dan sedikit dibelakang atas kepala. Dengan
mengubah kedudukan baic lighting dapat diperoleh efek dramatis tertentu. Efek
ini juga dapat diperoleh dengan mengubah intensitas lampu. Apabila keylight
sama terangnya dengan fill light, maka gambar yang diperoleh akan terkesan
datar saja, namun apabila keylight lebih terang intensitasnya daripada full
light maka akan diperoleh gambar yang lebih berdimensi Peletakan
fill light jangan terlalu jauh dari sisi kamera, karena justru akan
menimbulkan bayangan yang tidak diinginkan yang akan kelihatan
membingungkan melawan bayangan dari key light. Menggunakan dua back light
dapat menambah kilauan extra pada rambut. Dalam hal ini back light ditempatkan
lebih tinggi dari kepala subjek. Back light setinggi kamera yang
ditembakkan dari belakang ke arah kepala subyek akan membuat
subyek menjadi gelap. Semakin terang subyek dihamburi cahaya, semakin kurang
jelas latar belakang yang ditangkap oleh kamera. Apalagi jika latar belakangnya
gelap.Untuk menampilkan detail dari latar belakang gunakan background light
yang ditembakkan menyebrangi back ground.
Dalam
pembuatan film dikenal ada dua jenis lampu yang mewakili waktu/saat pengambilan
gambar, yang dibagi menjadi dua kategori: pagi /,siang atau malam
.Lampu-lampu tersebut dikenali sebagi berikut :
a. Lampu
Tungsten . Yaitu lampu yang terbuat dari kawat pijar (bohlam &
pijar).Lampu ini mudah ditandai dengan melihat warnanya yang kemerahan. Lampu
ini mempunyai suhu sekitar 3200 derajat Kelvin. Lampu ini biasa digunakan untuk
adegan malam hari, di mana skin tone (warna kulit manusia) yang tersinari oleh
lampu tungsten akan tetap serasi, tidak menjadi kepucat-pucatan
b)Lampu
day light. Yaitu lampu yang terlihat memancarkan warna putih seperti sinar
matahari. Lampu ini mempunyai suhu sekitar 5600 derajat Kelvin.
Oleh
karena itu dalam pembuatan film, selalu digunakan jenis lampu-lampu yang
sesuai dengan saat-saat pengambilan gambar :pagi/siang menggunakan
lampu day light, atau senja/malam ,menggunakan lampu tungsten. Namun jika
pengambilan gambar dilakukan pada siang hari untuk sebuah adegan yang aslinya
adalah adegan yang terjadi pada waktu malam, maka para penata lampu akan
menggunakan teknik ”membungkus ruang” , yaitu menutupi seluruh ruangan atau
arena dimana adegan berlangsung,dengan kain hitam ,agar tidak tertembus dengan
cahaya matahari,kemudian di dalam ruangan terbungkus itu digunakan lampu
tungsten. Sebaliknya apabila pengambilan gambar dilakukan pada malam hari untuk
membuat adegan yang aslinya adalah adegan siang, maka ruangan di mana adegan
itu diambil akan ”diguyur” dengan lampu-lampu day light agar terang benderang. Lampu
day light juga dapat dijadikan untuk lampu malam dengan menempatkan
selembar filter biru khusus, untuk membuat cahaya lampu day light menjadi
seperti lampu tungsten. Dengan menambah filter tersebut, suhu lampu day light
“diubah” menjadi seperti suhu lampu tungsten. Sebaliknya jika lampu tungsten
hendak digunakan sebagai lampu day light, maka digunakan lembar filter berwarna
orange yang khusus dibuat untuk tujuan menghasilkan cahaya seperti lampu day
light. Pada penerapan tata cahaya di lapangan, tentunya tidak sesederhana
seperti dalam teori basic lighting. Pada umumnya seorang penata lampu akan memasang
lampu-lampu secara umum lebih dahulu untuk menerangi ruang di mana adegan
berlangsung, baru kemudian memberi lampu-lampu untuk menambah unsur
dramatik dari tokoh-tokoh ataupun ruangan.
(*)
Lighting
atau tata lampu mempunyai dua fungsi. Yang pertama adalah fungsi ekspresif,
yaitu menetapkan mood, atau memberi film sebuah penampilan tertentu, serta
memberi kontribusi bagi cerita seperti karakter atau motivasi. Penataan lampu yang
dapat menghasilkan makna melalui pembagian lampu yang tidak rata sehingga
menghasilkan kontras. Fungsi yang kedua adalah realisme. Ini merupakan fungsi
lighting yang paling banyak digunakan dan tidak kelihatan. Bila berhasil, tata
lampu seperti ini akan menerangi karakter dan setting secara natural, sehingga
penonton tidak menyadari kehadirannya, dan tidak merasakan lighting sebagai
sebuah teknologi yang terpisah. Penggunaan lighting seperti ini disebut
high-key lightingMenurut saya pencahayaan adalah unsur tata artistik yang
paling penting dalam produksi film. Tanpa adanya cahaya maka penonton tidak
dapat menyaksikan apa-apa karena gelap tak bisa dilihat. Cahaya merupakan
gelombang elektromagnetis yang diterima oleh indera penglihat yang kemudia
diteruskan ke otak untu merespon, menanggapi rangsang cahaya tersebut.
Sederhananya, tanpa cahaya maka benda tidak akan terlihat, dari sinilah film
memerlukan cahata agar subyek dapat terlihat.
Daftar Pustaka
Ayawaila,
G. R. (2008). Dokumenter: Dari Ide sampai Produksi. FFTV-IKJ Press.
Effendi,
Heru. 2009. Mari Membuat Film. Jakarta: Erlangga.
Putri,
Devin. 2015. Teknik Pencahayaan Film. Jakarta : Mizan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar