Rabu, 15 November 2017

Shortpaper Lighting dalam Film




Teknik Lighting dalam Film

(*)

Menurut Turner ( 1999 ) ada beberapa perspektif film, yaitu cine semiology yang terdiri dari lighting, sound, kerja kamera, dan editing. Kemudia ada film narrative yang menitikberatkan pada film yang mengangkat cerita rakyat, serta ideology in the text atau adanya sebuah pertarungan ideologi yang memuat perspektif sosiologis, dan perspektif psikologis. Dalam hal ini, saya tertarik untuk membahas tentang lighting atau teknik pencahayaan dalam sebuah film. Menurut Graeme Turner, lighting atau tata lampu mempunyai dua fungsi. Yang pertama adalah fungsi ekspresif, yaitu menetapkan mood, atau memberi film sebuah penampilan tertentu, serta memberi kontribusi bagi cerita seperti karakter atau motivasi (1988:56). Penataan lampu yang dapat menghasilkan makna – melalui pembagian lampu yang tidak rata sehingga menghasilkan kontras – disebut low-key lighting. Fungsi yang kedua adalah realisme. Ini merupakan fungsi lighting yang paling banyak digunakan dan tidak kelihatan. Bila berhasil, tata lampu seperti ini akan menerangi karakter dan setting secara natural, sehingga penonton tidak menyadari kehadirannya, dan tidak merasakan lighting sebagai sebuah teknologi yang terpisah. Penggunaan lighting seperti ini disebut high-key lighting. Menurut saya pencahayaan adalah unsur tata artistik yang paling penting dalam produksi film. Tanpa adanya cahaya maka penonton tidak dapat menyaksikan apa-apa karena gelap tak bisa dilihat. Cahaya merupakan gelombang elektromagnetis yang diterima oleh indera penglihat yang kemudia diteruskan ke otak untu merespon, menanggapi rangsang cahaya tersebut. Sederhananya, tanpa cahaya maka benda tidak akan terlihat, dari sinilah film memerlukan cahata agar subyek dapat terlihat.

(*)

Dalam teknik pencahayaan terdapat lima kategori pencahayaan yaitu, Downlight, uplight, backlight, sidelight, dan frontlight. Downlight adalah komponen pencahayaan yang arah pencahyaan datang dari atas, dan menyinari objek yang ada dibawahnya. Hampir setiap ruangan memerlukan pencahyaan downlight yang berfungsi sebagau pencahayaan merata. Cahaya berasal dari lampu yang ditanam pada langit rumah. Jenis lampu yang termauk lampu downlight adalah lampu pijar, neon, dan compact flourescent dengan sudut distribusi cahaya yang besar. Melalui pengaturan sudut jatuh cahaya, lampu dengan arah downlight dapat menumbuhkan suasana yang berbeda apabila difungsikan sebagai pencahayaan setempat dan dekoratif. Salah satu contoh yang banyak dipakai adalah wall wisher, yakni mengarahkn cahaya ke dinding sehingga tekstur dan warna dinding muncul dan lebih berdimensi Selanjutnya adalah uplight, uplight adalah komponen yang arah cahayanya datang dari bawah ke atas, dimana posisi lampu dihadapkan ke atas. Efek cahaya yang ditimbulkan yaitu kesan megah dan memunculkan dimensi. Jenis pencahayaan ini lebih cenderung ke pencahayaan dekoratif. Backlight adalah salah satu komponen pencahayaan yang arah cahayanga berasal dari belakang objek. Hal ini dilakukan untuk memberikan aksentuasi pada objek, misal untuk memunculkan siluet. Sedangkan pada objek pencahayaa backlight ini memberikan cahaya pinggir yang menarik perhatian, dan membentuk objek jadi terlihat lebih jelas. Forntlight adalah ketika arah cahaya datang dari depan objek, dan cahaya tersebut sebaiknya merata. Cahaya yang tersebar rata membuat objek terlihat apa adanya. Sidelight ini sebenarnya sama dengan backlight, sidelight ini dimaksudkan untuk memberikan penekanan pada elemen objek.
Secara sederhana ada dua jenis sumber pencahayaan yaitu original light atau pencahayaan alami yang bersumber dari matahari, dan buan. Kemudian ada artficial light atau pencahayaan buatan atau tiruan. Ada beberapa tujuan pencahayaan yaitu untuk memperoleh atmosfir yang diinginkan dalam menunjukan kesan, mendapatkan gambar yang sesuai dengan rencana produksi, memengaruhi emosi penonton, dan mendapatkan gambar sesuai warna aslinya. Sering kita sebut “Three Points Of Light” atau rumusan dasar sebuah pencahyaan dalam produksi film. Ketiga point penting tersebut adalah keylight, fill Light, dan Backlight. Key light disini menjadi penyinaran utama yang jatuh pada sebuah objek dan akan menghasilkan bayangan kuat. Fill Light adalah sebuah penyinaran yang bertujuan untuk melunakan bayangan yang dihasilkan keylight. Back Light yaitu penyinaran dari belakang subyek yang mengenai kepala dan bahu serta membentuk garis tepi dari subyek, dasar ini berfungsi untuk memberikan dimensi agar subyek tidak menyatu dengan latarbelakang. Selain tiga poin pencahayaan tadi masih ada jenis pencahayaan lainnya, yakni background light dimaksudkan agar setting/panggung tetap bisa terlihat dengan baik. Selain background light terdapat rim light, dan kicker light. Rim light bertujuan untuk menerangi objek disamping manusia, dan kicker light digunakan untuk mencahayai sisi subyek. Biasanya diposisikan low angle, dan diletakan dibelakang subyek mengarah ke sisinya. Pada Three Point Of Light digunakan key light sebagai lampu utama yang ditempatkan 45 derajat terhadap kamera, kemudia fiil light ditempatkan 45 derajat terhadap kamera pada sisi lain dan backlight ditempatkan dengan sebuah boom dan sedikit dibelakang atas kepala. Dengan mengubah kedudukan baic lighting dapat diperoleh efek dramatis tertentu. Efek ini juga dapat diperoleh dengan mengubah intensitas lampu. Apabila keylight sama terangnya dengan fill light, maka gambar yang diperoleh akan terkesan datar saja, namun apabila keylight lebih terang intensitasnya daripada full light maka akan diperoleh gambar yang lebih berdimensi Peletakan fill light jangan terlalu jauh dari sisi kamera, karena  justru akan menimbulkan bayangan yang tidak diinginkan yang akan kelihatan membingungkan  melawan bayangan dari key light. Menggunakan dua back light dapat menambah kilauan extra pada rambut. Dalam hal ini back light ditempatkan lebih tinggi dari kepala subjek. Back light setinggi  kamera yang ditembakkan  dari belakang ke arah kepala  subyek  akan membuat subyek menjadi gelap. Semakin terang subyek dihamburi cahaya, semakin kurang jelas latar belakang yang ditangkap oleh kamera. Apalagi jika latar belakangnya gelap.Untuk menampilkan detail dari latar belakang gunakan background light yang ditembakkan menyebrangi back ground.
Dalam pembuatan film dikenal ada dua jenis lampu yang mewakili waktu/saat pengambilan gambar, yang dibagi menjadi dua kategori: pagi /,siang   atau malam  .Lampu-lampu tersebut  dikenali sebagi berikut :
a. Lampu Tungsten . Yaitu lampu yang terbuat dari  kawat pijar (bohlam & pijar).Lampu ini mudah ditandai dengan melihat warnanya yang kemerahan. Lampu ini mempunyai suhu sekitar 3200 derajat Kelvin. Lampu ini biasa digunakan untuk adegan malam hari, di mana skin tone (warna kulit manusia) yang tersinari oleh lampu tungsten akan tetap  serasi, tidak menjadi kepucat-pucatan
b)Lampu day light. Yaitu lampu yang terlihat memancarkan warna putih seperti sinar matahari. Lampu ini mempunyai suhu sekitar 5600  derajat  Kelvin.
Oleh karena itu  dalam pembuatan film, selalu digunakan jenis lampu-lampu yang sesuai dengan saat-saat pengambilan gambar :pagi/siang   menggunakan lampu day light, atau senja/malam ,menggunakan lampu tungsten. Namun jika pengambilan gambar dilakukan pada siang hari untuk sebuah adegan yang aslinya adalah adegan yang terjadi pada waktu malam, maka  para penata lampu akan menggunakan teknik ”membungkus ruang” , yaitu menutupi seluruh ruangan atau arena dimana adegan berlangsung,dengan kain hitam ,agar tidak tertembus dengan cahaya matahari,kemudian di dalam ruangan terbungkus itu digunakan lampu  tungsten. Sebaliknya apabila pengambilan gambar dilakukan pada malam hari untuk membuat adegan yang aslinya adalah adegan siang, maka ruangan di mana adegan itu diambil akan ”diguyur” dengan lampu-lampu day light agar terang benderang. Lampu day light juga dapat dijadikan untuk lampu malam dengan menempatkan selembar  filter biru khusus, untuk membuat cahaya lampu day light menjadi seperti lampu tungsten. Dengan menambah filter tersebut, suhu lampu day light “diubah” menjadi seperti suhu lampu tungsten. Sebaliknya jika lampu tungsten hendak digunakan sebagai lampu day light, maka digunakan lembar filter berwarna orange yang khusus dibuat untuk tujuan menghasilkan cahaya seperti lampu day light. Pada penerapan tata cahaya di lapangan, tentunya tidak sesederhana  seperti dalam teori basic lighting. Pada umumnya seorang penata lampu  akan memasang lampu-lampu secara umum lebih dahulu untuk menerangi ruang di mana adegan berlangsung, baru kemudian  memberi lampu-lampu  untuk menambah unsur dramatik dari tokoh-tokoh ataupun ruangan.
(*)
Lighting atau tata lampu mempunyai dua fungsi. Yang pertama adalah fungsi ekspresif, yaitu menetapkan mood, atau memberi film sebuah penampilan tertentu, serta memberi kontribusi bagi cerita seperti karakter atau motivasi. Penataan lampu yang dapat menghasilkan makna melalui pembagian lampu yang tidak rata sehingga menghasilkan kontras. Fungsi yang kedua adalah realisme. Ini merupakan fungsi lighting yang paling banyak digunakan dan tidak kelihatan. Bila berhasil, tata lampu seperti ini akan menerangi karakter dan setting secara natural, sehingga penonton tidak menyadari kehadirannya, dan tidak merasakan lighting sebagai sebuah teknologi yang terpisah. Penggunaan lighting seperti ini disebut high-key lightingMenurut saya pencahayaan adalah unsur tata artistik yang paling penting dalam produksi film. Tanpa adanya cahaya maka penonton tidak dapat menyaksikan apa-apa karena gelap tak bisa dilihat. Cahaya merupakan gelombang elektromagnetis yang diterima oleh indera penglihat yang kemudia diteruskan ke otak untu merespon, menanggapi rangsang cahaya tersebut. Sederhananya, tanpa cahaya maka benda tidak akan terlihat, dari sinilah film memerlukan cahata agar subyek dapat terlihat.







Daftar Pustaka


Ayawaila, G. R. (2008). Dokumenter: Dari Ide sampai Produksi. FFTV-IKJ Press.

Effendi, Heru. 2009. Mari Membuat Film. Jakarta: Erlangga.

Putri, Devin. 2015. Teknik Pencahayaan Film. Jakarta : Mizan




Tidak ada komentar:

Posting Komentar